Tips Liburan Anti Ribet ke Jeju Untuk Wisatawan Muslim

Korea Selatan memang menawan. Mulai dari Seoul yang sibuk dan penuh warna, Busan dengan pesona tepi pantainya, hingga Gyeongju yang kaya sejarah. Akan tetapi, jika kamu ingin kabur ke sisi lain Korea Selatan yang lebih syahdu dan jauh dari ingar-bingar perkotaan, maka Pulau Jeju bisa mengabulkannya. Diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, Jeju menawarkan kecantikan alami yang membentang dari ujung ke ujung dan udara segar yang mampu menenangkan pikiran.

Baca juga: 12 Airbnb dan Villa Instagramable di Pulau Jeju, Korea Selatan Punya View Pantai

Kabar baik bagi wisatawan Muslim, karena pariwisata Jeju kian berkembang dalam memfasilitasi kebutuhan mereka. Bagi wisatawan Muslim yang ingin mengeksplorasi Jeju sepenuhnya, maka mengikuti day tour seperti yang saya lakukan kemarin adalah pilihan terbaik. Dalam liburan saya selama dua hari di Jeju kemarin, saya memutuskan untuk menggunakan tur dari YEHA Tour untuk menjelajahi sisi timur Pulau Jeju yang penuh dengan lanskap ikonik yang sering muncul di drama Korea dan tur dari Core Travel yang membawa saya mengunjungi Situs Warisan Dunia UNESCO di sisi selatan.

Yang membuat saya merasa nyaman adalah bagaimana keduanya memiliki fasilitas lengkap di dalam paketnya. Mulai dari jasa antar-jemput dari akomodasi atau titik pertemuan, pemandu wisata berbahasa Inggris, hingga menu makan siang yang ramah Muslim. Ingin tahu wisata apa saja yang saya kunjungi dalam perjalanan ini? Simak baik-baik pengalaman saya.

Menjelajahi landmark wisata di sisi timur

Hari pertama mengikuti day tour bermula dari pihak YEHA Tour yang menjemput saya di Lotte City Hotel Jeju pada jam 09.10 pagi. Setelah itu, saya dan wisatawan lain dibawa menuju destinasi pertama, yaitu Jeolmul Natural Forest yang terletak di kaki bukit vulkanik Jeolmul Oreum.

Pepohonan aras tumbuh subur di lahan seluas 300 ha tersebut. Kegiatan menyusuri jalan setapak dari kayu yang membelah hutan saya jadikan kesempatan untuk menenangkan pikiran. Suasana syahdu tersebut semakin didukung oleh suara alam yang menghanyutkan dan semilir angin segar.

Image credit: Visit Jeju | Official Website

Image credit: Visit Jeju | Official Website

Destinasi selanjutnya adalah Seongeup Folk Village yang berada di kaki Gunung Halla. Di sini, saya dibuat terkagum dengan bagaimana mereka melestarikan desa yang seolah membeku di masa lalu ini. Saya dilempar kembali ke Jeju di abad ke-19 melalui rumah-rumah dan kehidupan sehari-hari warganya.

Di desa ini juga terdapat Sul Ikneun Jip, sebuah tempat pembuatan minuman beralkohol tradisional Jeju. Lebih dari menyaksikan pembuatan minuman tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi, mengunjungi tempat penyulingan ini bisa memberikanmu sedikit gambaran mengenai budaya minum yang mengakar di pulau ini.

Waktu makan siang tiba sesaat setelah wisata saya di Seongeup Folk Village usai. Tur membawa kami untuk makan siang di sebuah restoran lokal. Menu yang disajikan biasanya adalah BBQ babi hitam khas Jeju. Tentu saja, khusus untuk wisatawan Muslim seperti saya akan disajikan makanan vegetarian yang tidak kalah lezat; bibimbap!

Setelah perut terisi kenyang, kami bertolak menuju Pantai Gwangchigi. Destinasi cantik ini termasuk ke dalam salah satu dari 10 atraksi cantik yang masih belum banyak diketahui di Pulau Jeju. Saya berjalan di atas karang-karang dan pasir hitamnya yang unik sambil mengagumi keindahan panorama yang disajikan—semakin menakjubkan dengan puncak Seongsan Ilchulbong berlatar langit Jeju. Perpaduan air yang menyegarkan dengan hembusan angin benar-benar menjadikan pantai ini tempat sempurna untuk menyatu dengan alam.

Karena letaknya tidak jauh, saya juga menyambangi Seongsan Ilchulbong yang termasuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Bentuknya yang seperti mangkuk berasal dari erupsi gunung api ribuan tahun yang lalu. Saya mendaki undakan tangga untuk sampai ke punggungnya yang berumput.

Begitu sampai di atas, pemandangan alam khas Jeju beserta birunya laut menyapa saya. Meskipun tidak sempat mencoba, namun kamu bisa berkuda di bibir pantainya untuk mendapatkan pengalaman unik sekaligus foto liburan yang menarik.

Tentu berwisata ke Jeju belum lengkap tanpa menonton penyelam wanita haenyeo khas Jeju. Yang membuat wanita-wanita ini begitu terkenal, bahkan termasuk ke dalam Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, adalah kepiawaian mereka menyelam begitu dalam ke dalam laut untuk mengambil ikan, abalone, rumput laut, dan lainnya. Saya dibuat takjub akan bagaimana para penyelam wanita mempertunjukkan keahlian mereka tepat di depan mata, membuka mata saya terhadap salah satu budaya unik yang hanya dapat kamu temui di Jeju.

Gua Manjang sebenarnya merupakan destinasi terakhir dari tur ini. Akan tetapi, karena sedang ada perbaikan, saya diajak menuju Jeju Stone Park yang tidak kalah mengagumkan.

Di sini, saya diajak menjelajahi karya seni lokal dari batu dalam berbagai bentuk serta ukuran. Yang mencuri perhatian saya adalah patung dol hareubang yang dipercaya dapat menangkal kemalangan.

Tur berakhir di sore hari, tepatnya di jam 18.30 dan saya diantarkan kembali ke hotel dengan nyaman. Destinasi-destinasi yang dipilih oleh YEHA Tour mampu membuat pikiran saya tenang melalui alamnya yang cantik dan membuat saya lebih mengapresiasi budaya Jeju yang unik—sebuah perjalanan yang tidak hanya memanjakan mata, namun juga hati.

Perut mulai terasa lapar setelah tur mengelilingi bagian timur Jeju usai. Malam itu, saya menjadikan Bagdad Cafe sebagai tujuan santap malam saya. Jaraknya hanya setengah jam dari hotel menggunakan bus kota. Selain mudah dijangkau, kuliner khas India yang disajikan juga cocok di lidah. Menikmati sepiring kari yang kaya rempah ditemani nasi putih hangat terasa sempurna sebagai penutup hari. Soal cita rasanya? Tidak perlu diragukan lagi!

Restoran ramah Muslim lainnya yang dapat kamu coba adalah Wardah Restaurant yang letaknya tidak jauh dari Bagdad Cafe. Restoran yang satu ini menyajikan makanan khas Arab dengan cita rasa otentik dengan suasana yang menyenangkan. Cocok untuk menjadi tujuan santap siangmu.

Menelusuri Situs Warisan Dunia UNESCO di sisi selatan Jeju

Hari ke-dua day tour, saya memutuskan untuk menjelajahi sisi selatan Jeju menggunakan paket wisata dari Core Travel. Perjalanan dimulai lebih pagi dari kemarin. Saya dijemput menggunakan mobil jam 08.30 pagi di Lotte City Hotel Jeju, tempat saya menginap.

Tergantung jumlah orang yang mengikuti tur, transportasi yang disediakan pun berbeda. Untuk rombongan berisi 2-7 orang akan menggunakan minivan, sedangkan rombongan berisi 8-15 orang akan menggunakan minibus. Akan tetapi, fasilitas yang disediakan tetap sama, yaitu pemandu berbahasa Inggris, sopir, makan siang, dan tiket masuk wisata.

Tur saya kemarin hanya diikuti oleh tiga orang wisatawan lainnya termasuk saya. Karena jumlah pesertanya, saya mendapatkan banyak kesempatan untuk mengobrol santai dengan pemandu wisata dari Core Travel yang sangat memahami seluk-beluk Jeju—kamu bisa bertanya apapun tentang pulau cantik ini kepadanya.

Wisata dengan Core Travel dibuka dengan pendakian selama kurang lebih 60 menit di Gunung Hallasan, yang merupakan satu dari tiga gunung suci di Korea Selatan. Kemegahannya membuat rasa lelah yang saya rasakan tidak berarti apa-apa. Saya benar-benar menyarankan untuk meresapi keindahan alam dari puncak Eoseungsaengak, di mana kamu juga dapat melihat kota Jeju dari ketinggian.

Setelah puas dibuat terkagum-kagum di Gunung Hallasan, Situs Warisan Dunia UNESCO yang menjadi destinasi selanjutnya adalah Tebing Jusangjeolli. Batuan yang membentuk tebing ini berbentuk segi enam, seolah dipahat oleh seseorang. Dari dek observasi, saya memejamkan mata sembari menikmati angin yang bergulung lembut dengan latar suara ombak yang pecah. Saya tidak lupa mengabadikan momen ini melalui kamera. Birunya laut yang bersatu dengan langit menjadi latar yang sempurna.

Sebelum bertolak ke destinasi selanjutnya, saya diajak untuk mengisi perut terlebih dahulu. Restoran lokal yang saya kunjungi menyajikan menu khas Jeju, yaitu mie dengan topping daging babi. Tentu ada opsi ramah Muslim untuk menu yang satu ini di mana daging babi akan diganti dengan sayur-mayur. Kombinasi yang menyegarkan untuk mengisi energi.

Tujuan selanjutnya adalah tempat di mana saya terpesona dengan kemegahan sebuah bangunan. Kuil Yakcheonsa yang berdiri di ujung undakan tangga seolah menjadi bukti kekayaan sejarah Pulau Jeju. Selain bangunannya sendiri, yang membuat saya mendecak kagum adalah patung Vairocana setinggi 5 meter yang merupakan tertinggi di Korea Selatan.

Masih terngiang-ngiang kemegahan kuil Buddha terbesar di Asia tersebut, saya dibuat tidak bisa berkedip kala Core Travel mengantarkan saya ke Air Terjun Cheonjiyeon. Air mengalir deras dari ketinggian 22 meter ke dalam sebuah kolam berair jernih. Kombinasi suara air dan panorama air terjun yang dikelilingi tening dan tumbuhan hijau tidak hanya mampu menyejukkan telinga, namun juga mata.

Kegiatan mengunjungi perkebunan teh Seogwi Dawon di Jeju menjadi akhir tur yang menenangkan. Jeju sendiri memang terkenal dengan produksi teh hijau-nya—entah diolah menjadi minuman atau bahkan rangkaian perawatan kulit. Di tempat ini, pandangan saya diajak untuk beristirahat melalui hamparan hijau perkebunan teh sejauh mata memandang. Tentu saja ditemani teh yang mampu menghangatkan tubuh, dari perut hingga ke dada.

Tur dengan Core Travel resmi usai di jam 18.30. Semua destinasi di hari itu tidak hanya membekas di ingatan, namun juga hati. Saya diingatkan kembali bagaimana menyatu dengan alam benar-benar bisa mengubah suasana hati dan pikiran seseorang.

Sambil mengenang kembali tempat-tempat yang saya kunjungi, saya dengan mudah menumpang bus kota untuk sampai di sebuah restoran halal yang menjual makanan laut dengan cita rasa tradisional Korea; Halal Bada Janchi Restaurant. Ikan panggang serta udang yang disajikan bersama berbagai banchan dan semangkuk nasi di sini menjadi penutup perjalanan yang sempurna.

Baca juga: Liburan Hemat di Jeju: Rekomendasi Wisata Gratis di Pulau Jeju Korea Selatan

Secara keseluruhan, pengalaman mengikuti day tour untuk menjelajahi Pulau Jeju menjadi keputusan terbaik saya di liburan ini. Saya tidak akan bisa melupakan hijaunya hutan alami dan desa-desa tradisional yang kaya budaya di sisi timur, hingga keajaiban geologis dan kemegahan kuil di selatan. Bagi wisatawan Muslim seperti saya, Jeju merupakan perpaduan sempurna antara suasana syahdu, warisan budaya yang unik, dan akses ke kebutuhan ramah Muslim—seperti makanan—yang mengesankan. Jadi, jika kamu mencari tempat indah nan menenangkan untuk kabur sejenak dari bisingnya perkotaan, Jeju bisa menjadi suakamu!


Dipersembahkan oleh Jeju Tourism Organization

Dipublikasikan pada


Tentang Penulis

Jeihan

Jeihan Azalea, seseorang yang berambisi mengeksplorasi sudut-sudut dunia secara langsung dengan pena dan kertas di tangan.

Brand Managers!

Ingin melihat merek atau bisnis kamu di website kami?

Hubungi kami sekarang

Berlangganan Milis TripZilla

Dapatkan tips dan berita travel terbaru!

Rekomendasi Artikel

Artikel Terbaru