Itinerary Bali 5H4M Penuh Aktivitas dan Makanan

Artikel ini diterjemahkan dari versi bahasa Inggris ini. Read the English version here.

Oh Bali, salah satu destinasi paling seru se-Indonesia. Kalau mau petualangan, makanan, belanja, semuanya ada di Bali. Gang-gangnya yang sempit penuh dengan restoran, bar, toko, dan hotel, dan kehidupan di Bali selalu berjalan dengan lambat dan santai seperti jalanan-jalanannya. Dan pada malam hari, Bali diramaikan dengan klub-klub yang saling adu suara.

Bahkan supir lokal kita sempat berkata, “Di Bali tidak ada hari libur nasional, karena setiap hari adalah hari libur.” Suasana di sana cukup ramai dan mungkin sedikit terbalik dengan apa yang di dalam bayangan seseorang tentang liburan di Bali. Tapi sepanjang liburan 4 hari saya di sana, ada banyak sekali pengalaman luar biasa yang saya dapatkan.

Sesungguhnya, di balik kemacetan jalan dan keramaian turis, Bali sebenarnya adalah destinasi liburan yang sempurna. Ada banyak sekali pantai-pantai yang indah dengan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan, tempat-tempat wisata alam, bar-bar super seru (dengan alkohol yang murah), kafe-kafe dan restoran-restoran yang instagrammable banget, mal-mal bersih (dengan toilet yang bersih juga), dan akomodasi yang murah tapi bersih dengan pelayanan yang sangat baik!

Pedagang-pedagang di jalanan pun juga cukup sopan – mereka tidak akan mengganggumu dan hanya akan menghampirimu kalau kamu mulai terlihat tertarik dengan produk-produk mereka. Di samping itu, mereka juga tidak akan memarahi kamu kalau kamu tidak membeli barang yang telah kamu sentuh. Selain itu, cuaca pulau ini sangat baik pada bulan Agustus-September, dengan jarangnya hujan tapi adanya angin sepoi-sepoi yang membuat udaranya terus sejuk seakan-akan ada pendingin ruangan alami. Dan menurutku, walaupun Bali mungkin bukan tempat terbaik untuk mempelajari budaya setempat Indonesia, tetapi saya sangat menghargai kontras antara yang tua dengan yang modern, dan antara tradisi dengan westernisasi, dan saya juga menyukai adanya segelintir tempat-tempat kuno yang antik yang terhimpit di tengah-tengah kenyamanan dan kebersihan sisi Bali yang modern.

Sejujurnya, saya kira liburan saya di Bali hanya akan diisi dengan bersantai dan bermalas-malasan di sekitar laut / kolam renang, tapi sisi petualang saya akhirnya menarik saya bepergian mendaki gunung dan mengikuti kegiatan arung jeram. Liburan saya di Bali menjadi sangat di luar dugaan saya berkat berbagai macam kegiatan dan pengalaman baru, teman-teman yang seru, dan tentu saja, makan makanan yang banyak.

Naughty Nuri’s Warung 

Bagaimana lagi memulai perjalanan kita selain dengan pesta makan! Setelah mendarat di bandara, kita langsung pergi menuju Naughty Nuri’s Warung. Kita sempat terjebak macet di Seminyak yang membuat kita lapar sekali (setiap kali supirnya menginjak rem, perut kita berbunyi), tapi waktu kita sampai di Naughty Nuri’s Warung kita langsung disambut wangi daging asap yang dimasak di atas panggangan api terbuka… wah, rasanya waktu itu saya ingin langsung melahap satu ekor babi sekaligus!

Terkenal sebagai salah satu restoran iga babi terbaik, Naughty Nuri’s Warung sudah cukup ramai waktu kita sampai di sana, padahal itu saja baru jam 5. Desain interior tempat ini sangat menarik, dengan sentuhan vintage-indie yang berhiaskan penutup lampu berupa kaleng biskuit, karya-karya seni yang unik, dan barang-barang antik lainnya sebagai dekorasi, cocok bagi yang suka dengan tempat-tempat antik tapi berbau hipster. Sampai di sana, kita segera menuju ke meja di tempat terbuka yang dikelilingi oleh pohon di belakang restorannya, menggunakan krim anti nyamuk, lalu segera melihat menu-menunya.

Memesan di sini sangatlah mudah: Semua orang langsung memesan satu rak penuh iga babi – kecuali saya. Saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda dan memesan bratwurst chorizo buatan mereka, tapi akhirnya saya menyesal karena sebenarnya saya ingin sekali iga babi juga. Apalagi karena menurut saya bratwurst chorizonya terlalu kering dan kurus.

Berlawanan dengan bratwurst chorizonya, iga babinya sangatlah lembut, terpanggang dengan sangat baik, dan sangat adiktif (harganya sekitar 106,600 IDR untuk satu rak penuh). Tanganku dengan sendirinya bergerak ke piring pacarku untuk mengambil dan mencicipinya – dan memang benar, lezatnya luar biasa!

Ubi dan kentang goreng yang disajikan dalam cone ini juga sangat lezat. Renyah di luar, lembut dan sedikit asin di dalam – saya sih rela sekali menjadi gemuk demi ini! Walaupun begitu, makanan-makanan lain yang kita coba di sini hanya biasa-biasa saja. Pesan moralnya adalah: Pesan iga babinya saja, dan coba juga ubi dan kentang gorengnya.

Alamat: Jalan Batubelig, 41 (Kerobokan Kelod, Kuta, Bali)
Tel: +62 361 847 6722

Angelita Tea Salon & Patisserie

Dalam perjalanan menuju hotel kita di Kuta, kita berhenti sebentar untuk menyantap makanan pencuci mulut di Angelita Tea Salon & Patisserie, sambil menggunakan pendakian gunung besok paginya sebagai alasan untuk menyantap makanan manis.

Toko kue ini menarik perhatian kita karena tampak luarnya yang seakan-akan berasal dari Paris, bukan Bali. Desain interiornya juga dihiasi dengan gaya Eropa asli yang sangat cantik. Kita melihat roti-roti croissant dan baguette dengan rapinya ditata di dalam keranjang-keranjang anyaman, kue-kue lembut yang baru dibuat dipertunjukkan dari balik kaca, kursi-kursi ala era Victoria tersebar rapi, dan konter-konternya diterangi oleh lampu-lampu gaya Perancis.

Bukan hanya cantik saja, tapi makanannya juga tidak mengecewakan. Walaupun Opera Classic sedikit kurang mengesankan, kue tart coklat dan kue tart passionfruitnya sangat lezat!

Kue-kuenya renyah dan memiliki rasa mentega yang nikmat, dan kue ganache coklatnya – walaupun tidak terbuat dari coklat premium – cukup enak dan memiliki rasa pahit yang pas. Saya tidak akan mengeluh terlalu banyak tentang kualitas coklatnya karena harga kuenya hanya sekitar 29,000 IDR, dan jarang ada makanan yang enak yang bisa kamu dapatkan dengan harga seperti itu. Kue tart passionfruitnya adalah favorit saya karena rasa manisnya yang sangat cocok dengan markisanya, apalagi tekstur custard-nya yang sempurna! Setelah mencuci mulut kita dengan secangkir teh yang menyegarkan, setengah hari pertama saya di Bali bisa dibilang sangat memuaskan.

Alamat: Raya Kerobokan 10A, Banjar Taman, Seminyak / Kerobokan Badung, Bali, Indonesia
Tel: +62 361 747 3138

Mount Batur Sunrise Trek

Bagi saya, hal tergila yang bisa saya lakukan pada waktu liburan adalah mengorbankan waktu tidur saya demi memanjat gunung berapi. Tapi itulah yang kita lakukan dan selama mendaki gunung tersebut saya pun tidak berhenti menanyakan diri saya sendiri mengapa saya setuju ikut aktivitas ini. Saya ingat sempat melihat foto-foto Gunung Batur dan Danau Batur di internet, dan ide mendaki di tengah kegelapan jam 4 pagi waktu itu terdengar cukup berani dan menantang, sehingga akhirnya saya YOLO saja dan membook pendakian saya dengan Bali Sunrise Tours (sekitar 582,000 IDR per pax). Masalahnya adalah kita harus berangkat dari hotel jam 1 pagi melewati jalanan rusak dan desa-desa tidak berpenghuni (yang sebenarnya cukup mengerikan) di tengah kegelapan malam, untuk mencapai kaki gunungnya jam 4 pagi. Kita akhirnya sampai satu jam lebih awal dan harus menunggu di sebuah pondok kecil sampai pemandu kita tiba dan orang-orangnya lengkap. Selama satu jam tersebut, udaranya cukup dingin dan saya kembali bertanya-tanya mengapa saya tidak tidur saja supaya bisa bersantai di pantai besok paginya. Apalagi tidak lama kemudian saya mendengar suara-suara cicitan mendekati pondok tersebut, yang membuat saya semakin panik setelah saya tahu kalau suara-suara tersebut adalah suara tikus!

Setelah itu, kita memulai pendakian kita yang ternyata jauh lebih susah dari yang saya duga, bukan hanya karena jalurnya sama sekali tidak diaspal tapi juga karena sekeliling kita gelap dan kita harus membawa obor. Selain itu, mendapatkan injakkan yang mantap di batu-batuan yang licin cukup sulit, dan karena sekeliling saya gelap gulita saya mulai berpikir kalau kapanpun saja saya bisa terpeleset dan jatuh dari gunungnya. Lebih parahnya lagi, saya juga lupa kapan terakhir kali saya berolahraga. Untungnya, dua pemandu kita membantu menarik kita di bagian-bagian jalurnya yang cukup curam. Setelah berkeringat banyak, kehabisan nafas, dan terpeleset dua kali (untungnya tidak luka parah) selama pendakian 2 jam tersebut, kita akhirnya melihat segelintir cahaya yang membentuk bayangan Gunung Agung dan Rinjani di kejauhan.

Pada waktu itu, kita hampir sampai di puncaknya dan cahaya yang baru nampak tersebut mendorong saya untuk mendaki lebih cepat lagi. Dengan penuh semangat, kita mendaki lebih cepat dari sebelumnya di bawah langit dengan warna gradien yang terus-menerus berubah setiap kali kita melihat ke atas, dengan keindahan yang terus-menerus berubah setiap detik.

Waktu akhirnya kita mencapai puncaknya, kita sudah sangat lelah dan penuh dengan keringat, tapi juga sangat terpukau dengan pemandangan yang kita lihat waktu itu. Sulit untuk tidak takjub dengan keindahan ciptaan Tuhan tersebut, dan saya segera berterimakasih kepadaNya karena telah memberikan saya kesempatan untuk melakukan hal-hal gila seperti ini.

Walaupun beberapa jam yang lalu ide ini terdengar seperti ide yang sangat buruk, saya sangat bahagia karena bisa mencapai puncaknya tepat pada saat matahari terbit. Di puncaknya, kita menyaksikan langit birunya perlahan-lahan ditelan oleh cahaya hangat oranye keemasan, dengan mataharinya sendiri akhirnya mengintip dari balik kaki langit dan meninggi terus ke atas gunung yang ada di kejauhan.

Suasana pada waktu itu cukup ramai dengan adanya beberapa kelompok trekking lainnya, dan cukup sulit mengambil foto di sana tanpa ada orang yang tidak sengaja masuk ke dalam fotonya. Walaupun begitu, kita berhasil mengambil beberapa foto yang bagus (dengan beberapa orang lain di dalam fotonya) selagi menunggu sarapan dipersiapkan.

Pemandu kita mempersiapkan makanan seperti roti, kopi dan teh (yang sangat saya butuhkan), buah-buahan, serta telur rebus matang yang dimasak dengan uap langsung dari sulfur gunung berapi tersebut. Walaupun sederhana, rasa lapar saya membuat makanan sederhana tersebut terasa sangat enak.

Kita menghabiskan waktu cukup lama di puncaknya, menikmati sarapan kita dengan santai selagi menyantap pemandangan di sekitar kita. Gunung Agung dan Danau Batur nampak sedikit kabur dengan kabut yang agak terlalu tebal waktu itu, tapi pemandangannya tetap saja menawan luar biasa.

Waktu akhirnya kita berjalan turun dari puncak Gunung Batur, jejaknya yang curam dan pasir-pasirnya yang longgar membuat perjalanannya sedikit mengerikan pada awalnya, tapi tidak lama kemudian kita menjadi terbiasa dan membayangkan kalau kita sedang ski menuruni landaian yang longgar. Kita sempat jatuh terduduk beberapa kali, tapi kita tidak apa-apa kok. Perjalanan ke kaki gunungnya tempat supir kita menunggu memakan waktu 2 jam, dan walaupun saya sangat menyukai pemandangan dari puncak Gunung Batur, saya sudah tidak sabar sekali kembali ke peradaban. Dan tentu saja, kita langsung tertidur pulas setelah sampai di hotel.

Baca juga: 5 Mountains in Indonesia With the Most Spectacular Views

Single Fin Uluwatu

Kita bangun jam 4 sore, dan dengan setengah tidur kita berjalan ke mobil supir kita yang akan membawa kita ke Uluwatu. Karena kita tidak terlalu ingin melihat Pura Uluwatu yang terkenal itu, kita langsung pergi ke Blue Point untuk melihat matahari terbenam. Kita sebenarnya telah berencana untuk pergi ke Pantai Pandawa juga karena direkomendasikan supir kita, tetapi akhirnya tidak mengunjunginya karena kurang waktu 🙁

Tidak apa, karena kita tiba tepat waktu di Single Fin yang terletak di tebing di samping bentangan lautan yang luas – tepat sekali saat matahari baru saja mulai terbenam.

Dengan segelas koktail dan makanan-makanan ringan, kita akhirnya bisa bersantai menghirup udara pantai yang sejuk dan segar selagi menyaksikan orang-orang berselancar di atas ombak yang kemudian menelan mereka. Bob Marley juga mendampingi kita dengan lantunan lagu-lagunya, sambil kita bersenda gurau dan berbicara satu dengan yang lain.

Walaupun saya tidak akan pergi ke sini khusus hanya untuk makanannya, menurut saya koktailnya sangat nikmat dan pemandangannya juga sangat spektakuler, dan suatu saat saya mungkin akan kembali lagi demi itu.

Alamat: Jl. Labuan Sait Pantai Suluban, UluwatuPecatu, Bali 80361
Tel: 361769941

White Water Rafting

Di Bali, ada dua sungai utama untuk kamu pergi white water rafting atau arung jeram air putih – Sungai Ayung dan Sungai Telaga Waja. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah pergi arung jeram di Sungai Ayung yang menurut saya lebih menyenangkan daripada seru. Jadi, kali ini kita memilih untuk pergi ke Sungai Telaga Waja yang terkenal lebih kasar dan menantang.

Memilih perusahaan arung jeram air putih di Bali bisa menjadi pekerjaan yang cukup sulit dan sia-sia. Kebanyakan situs web yang saya kunjungi menunjukkan foto-foto yang mirip satu dengan yang lainnya, dengan variasi harga dan titik awal perjalanan yang hanya berbeda sedikit. Sejujurnya, layanan-layanan yang tersedia akan membawamu pergi arung jeram di sungai yang sama jadi sebenarnya bedanya tidak akan banyak, bukan? Memulai perjalananmu 200 m lebih awal dalam 2 jam perjalanan arung jeram sepertinya tidak akan terasa banyak berbeda. Apalagi, kita juga sempat diberitahu kalau membook tur arung jeram di Bali langsung akan lebih murah dibandingkan dengan kalau kita book lewat internet. Oleh karena itu, saya berhenti menelusuri situs-situs web arung jeram dan memilih untuk ikut tur manapun yang saya temukan / yang direkomendasikan kepada saya pertama kali di Bali (tentu saja dengan harga dan rekam jejak keamanan yang masuk akal).

Dalam perjalanan pulang kita dari Single Fin, kita menanyakan supir kita perusahaan arung jeram air putih yang mana yang dia rekomendasikan, dan juga apakah dia bisa membantu kita mendapatkan harga yang lebih murah. Tentu saja, dalam hati kita tahu kalau kemungkinan besar dia pasti mendapatkan komisi dari perusahaan yang dia rekomendasikan, tapi bagi kami tidak apa-apa asalkan perusahaannya tidak buruk. Tanpa ragu-ragu, dia langsung merekomendasikan “Alam Amazing Adventures“. Karena ingin tahu, saya bertanya lagi, “Bagaimana dengan Sobek, atau Bali International Rafting, atau BMW rafting?” Dia lalu berkata bahwa semuanya sebenarnya sama saja, tapi Alam Adventures menyajikan makan siang yang lebih enak. Ya baiklah kalau begitu.

Jadi besok paginya, kita membayar perusahaan tersebut 400,000 IDR – ternyata lebih murah dari yang kita duga! Kita berangkat dari hotel jam 8 dan sampai di titik awalnya jam 9, di atas sungai dengan pemandangan sawah yang luas. Dengan memakai perlengkapan kita dan membawa dayung, kita menelusuri sawah tersebut untuk mencapai sungainya. Sebenarnya, dengan 10 USD (134,000 IDR) kamu bisa naik zipline langsung ke sungainya tapi kita memilih untuk berjalan kaki saja, dan ternyata perjalanannya asik dan santai.

Setelah diberikan sedikit instruksi dan pengarahan keselamatan, kita segera naik ke perahu raft-nya yang kemudian didorong dari pinggir sungainya. Arus sungainya waktu itu sedang cukup kuat dan tidak lama kemudian kita sudah berada di tengah-tengah sungai yang deras – digoncangkan ke kiri, kanan, atas, bawah, menabrak dinding batu, menghindari ranting-ranting rendah di sepanjang sungainya, dan menggunakan dayung kita untuk membanjiri perahu-perahu orang lain.

Jujur saja sih, sebenarnya hampir semua pekerjaan mendayung dan navigasi dilakukan oleh pemandu kita, dan kita hanya menyumbang sedikit bantuan saja. Tapi pengalamannya tetap benar-benar sangat seru. Kita sempat merasakan perahunya terjun tiba-tiba untuk beberapa kali, yang sangat mengagetkan dan menegangkan. Saya tidak akan melupakan juga waktu perahunya sempat terjun sejauh 4 m di bendungan di akhir rutenya!

Selain itu, rutenya juga memiliki pemandangan yang sangat indah. Kita melewati sawah-sawah dan hutan-hutan hijau dan juga beberapa air terjun.

Beberapa dari kita juga sempat jatuh ke dalam sungainya, tetapi dengan segera mereka langsung ditarik masuk ke dalam perahunya lagi dan tidak terluka sedikitpun (mungkin sedikit memar). Jadi memang arung jeram bisa menjadi kegiatan yang cukup bahaya, tapi teman-teman saya yang jatuh ke luar perahunya pun setelah itu senang sekali menceritakan kejadian itu ke semua orang. Mungkin sedikit bahaya memang bisa melahirkan cerita-cerita yang seru (tapi jangan beritahu orangtuamu ya).

Baca juga: 9 Things to Know Before Going on a Dive Safari in Bali

Potato Head Beach Club

Tempat yang cukup hits ini sangat ramai dengan banyak orang (terutama turis-turis Australia) dan alasannya cukup jelas: Pemandangan pantai yang indah, kolam renang infinity pool, ranjang-ranjang untuk kamu bersantai, koktail dengan harga yang sangat terjangkau, dan makanan-makanan yang cukup lezat menjadikan tempat ini tempat pelarian pantai yang sempurna. Tapi jangan lupa membuat reservasi tempat dulu ya, karena waktu kita pergi ke sana, kita tidak membuat reservasi dan kita harus mengantri selama 20-30 menit.

Pada akhirnya, kita juga tidak bisa mendapatkan ranjang-ranjang tersebut, tetapi kita mendapat tempat yang cukup baik di balkon dengan pemandangan kolam renangnya dan lautan bebas.

Setelah masuk, kita berjalan-jalan sebentar di pantai, dan kemudian duduk bersantai dan menikmati matahari terbenam di langit yang berubah sejuta warna. Cuacanya juga cukup sejuk dan berangin sepoi-sepoi, cocok sekali untuk menyantap makan malam dan koktail di tempat terbuka.

Sayangnya, pelayan yang membawa kita ke meja kita terlihat sedikit agak menyebalkan. Dia tidak begitu tertarik menjawab pertanyaan-pertanyaan kita mengenai reservasi meja dan terdengar sangat buru-buru seperti dia tidak peduli. Walaupun begitu, tidak lama kemudian datanglah seorang pelayan lain yang sangat ramah yang berusaha keras melayani kita dengan baik, sambil membantu kita mengambil foto dengan matahari terbenam.

Dibandingkan dengan Single Fin, koktail di Potato Head memiliki rasa yang lebih kuat. Kita memesan beberapa koktail tropis yang cukup menyegarkan dan sangat lezat!

Untuk makanannya, kualitasnya kurang menentu. Walaupun pastanya sedikit mengecewakan, bagel salmonnya sangat enak dan isi salmonnya juga cukup banyak! Apalagi karena diisi dengan banyak sayur, masakan ini cukup bisa dinikmati tanpa terlalu merasa bersalah.

Saya juga sangat senang dengan Barramundi pan-seared yang saya pesan, yang sangat segar dan dimasak dengan sangat sempurna dengan kulit yang agak renyah. Dipasangkan dengan chorizo, masakan ini cukup surgawi dan membawa saya kembali ke Eropa di mana saya mencicipi masakan-masakan ikan terbaik dengan kombinasi yang mirip.

Burger khas mereka juga lezat, dengan daging yang cukup berbumbu, walaupun setelah lama rasanya bisa menjadi cukup datar. Tapi ini semua ditebus dengan kentang gorengnya yang benar-benar luar biasa sedap. Saya tidak tahu kentangnya dimasak dengan cara apa, tapi rasanya benar-benar lezat, renyah di luar tapi sangat lembut di dalam dan meninggalkan sedikit rasa manis di lidah setelah rasa asinnya mulai memudar. Benar-benar mantap!

Kita menyantap makanan kita sambil hari berubah menjadi malam, dan selagi menyaksikan ombak di pantai yang suaranya menyampur dengan lantunan musik di restorannya, kita merasa benar-benar terberkati. Terkadang kamu perlu momen-momen seperti ini.

Alamat: Jalan Petitenget, Seminyak, Bali 83061, Indonesia
Tel: +62 361 473 7979

Sari Organik Ubud

Mengunjungi Sari Organik cukup menantang karena tidak ada jalanan mobil untuk pergi ke tempat tersebut. Setelah turun dari mobil di pinggir sawah, kita berjalan kaki sejauh 800 m melewati tumbuhan-tumbuhan, tempat-tempat yoga, rumah-rumah pertanian dan pengrajinan untuk mencapai restoran antik kecil ini yang berada di tengah-tengah kehijauan alam.

Perjalanan kita cukup menyenangkan dengan angin yang membawa kesejukkan sekali-sekali. Kita sempat melewati beberapa restoran lainnya tapi kita tetap bertekad untuk pergi ke Sari Organik. Bayangkan saja, masakan organik dengan harga 48,000 IDR? Selain termasuk murah sekali (dibandingkan dengan yang di Singapura), kita juga ingin makan sesuatu yang sedikit lebih sehat setelah makan-makan terus tanpa henti selama beberapa hari ini.

Sari Organik adalah restoran yang cukup antik dan permai, berupa paviliun beratap jerami yang terletak di antara tumbuhan-tumbuhan dan sawah-sawah yang hijau. Di sini suasanya sangat damai dan santai, di mana orang-orang menikmati pemandangan, makanan mereka, dan waktu bersama teman-teman mereka dengan tidak terburu-buru. Selain itu, Ubud juga adalah pusat hippie Bali, jadi banyak pelanggan yang mengenakan celana harem dan membawa matras yoga pada waktu saya di situ.

Di samping itu, restorannya juga menanam sayur-sayuran organik mereka sendiri di bawah bangunannya dan kamu bisa mengambil sendiri sayuran untuk membuat saladmu lho! Waktu itu kita sudah cukup lelah berjalan kaki jadi kita akhirnya memesan dari menu saja.

Setiap masakan di Sari Organik dibuat dengan sangat sederhana, tetapi kesegaran bahan-bahannya benar-benar luar biasa. Salad khas mereka benar-benar renyah dan segar dengan sedikit rasa jinten dan ketumbar. Kita juga memesan pan-seared chicken breast yang disajikan dengan kentang panggang dan beraneka ragam sayur-sayuran, dan bahkan walaupun ayamnya dimasak dengan baik, yang paling enak tetap adalah sayurannya. Saking enaknya sayur-sayuran di sini, bahkan teman saya yang mengaku “alergi sayuran” pun sempat mengatakan kalau sayurannya lezat.

Pesanan pasta saus pesto saya pada awalnya cukup enak, tapi tidak lama setelah itu menjadi cukup membosankan. Temanku memesan sate ayam, nasi beras merah, sayur tumis, dan sejenis daun yang digoreng tepung (?) yang direkomendasikan oleh pelayannya, dan ternyata pesanannya benar-benar sangat surgawi rasanya! Mungkin terdengar seperti masakan Indonesia biasa saja, tapi ternyata rasanya sangat lezat di luar dugaan kita. Dan seperti biasanya, saya mencuri makanan dia sedikit-sedikit.

Lokasi: 800 m di dalam sawah Subak Sok-Wayah
Tel: +62 361 780 1839

Seniman Coffee Studio

Salah satu keluhan terbesar saya tentang liburan saya adalah kurangnya kopi yang benar-benar enak, dan juga karena kita tidak menyisihkan waktu untuk pergi brunch di tempat-tempat dengan kopi yang enak. Kopi yang disediakan di hotel menurut saya terlalu cair, dan setelah 4 hari minum kopi itu saya tidak tahan lagi. Saya menjadi terobsesi dengan mencoba Seniman Coffee Studio di Ubud, dan berulang kali meminta teman-teman saya untuk mengunjungi tempat itu juga.

Akhirnya setelah berputar-putar di Pasar Ubud untuk mencari oleh-oleh, kita pergi menjauhi keramaian dan menemukan Seniman Coffee Studio di Jalan Sri Wedari. Di salah satu sisi kafenya terdapat bar minuman dingin, dan kafe utamanya berada tepat di seberangnya. Tidak lama setelah kita mendekatinya, saya bisa mencium bau biji kopi yang sedang dipanggang dan dengan sekejap saya berasa lega – layaknya seorang pecandu kopi.

Sebuah ruangan yang nyaman dan tenteram menyambut kita selagi kita masuk ke dalam kafenya. Bahkan kita harus melepaskan sepatu kita untuk masuk, seakan-akan masuk ke rumah seorang teman.

Di pinggiran ruangannya ada satu meja besar di mana orang-orang bisa menggunakan laptop mereka (di sini ada wi-fi gratis) dan barnya ada di sebelah meja tersebut. Suasananya sangat santai dan kita bisa mendengar suara percakapan-percakapan orang yang bercampur dengan dengungan mesin espressonya dan dentang-denting alat makan.

Hampir semua mejanya sudah ada orang ketika kita di sana dan kita harus menunggu sebentar. Akhirnya kita mendapatkan meja di luar yang tidak senyaman di dalam, tapi tetap cukup bagus untuk menonton orang-orang yang lewat 🙂

Setelah itu, kita memesan makanan pencuci mulut khas Seniman Coffee Studio, yang merupakan kopi yang disajikan dalam bentuk dessert dengan empat cara yang berbeda. Harganya 58,000 IDR – harga yang termasuk murah untuk makanan pencuci mulut – jadi pada awalnya saya tidak berharap banyak. Tapi waktu makanannya di antar ke meja kita, saya cukup terkejut sekaligus senang.

Granita kopinya sangat segar, dengan sedikit krim yang  pas untuk memberikannya rasa yang menarik. Es krim kopinya juga benar-benar sangat halus, sampai membuat saya hampir berteriak bahagia! Kue-kuenya juga cukup renyah dan memiliki rasa mentega yang kuat, tapi alkohol kopinya sedikit terlalu kuat bagi kita. Walaupun saya suka sedikit alkohol, alkohol kopi yang kita minum terlalu manis dan kuat bagi saya. Walaupun begitu, saya sangat rela membayar 58,000 IDR untuk hidangan pencuci mulut ini, walaupun hanya memakan tiga dari empat jenisnya.

Waktu flat white saya sampai, saya segera menseruput minuman surgawi itu. Dan memang enak sekali, lembut dengan sedikit keasaman dan rasa karamel pada akhirnya. Terlebih lagi, minuman ini disajikan dengan kue dadar, dan walaupun tidak biasa tapi ternyata kombinasinya sangat cocok. Temanku memesan secangkir kopi dingin yang lebih cocok untuk cuaca pada waktu itu, dan rasanya cukup segar dan sedikit kebuah-buahan dengan sentuhan akhir yang hampir mirip teh. Sebenarnya, mungkin kopinya juga terasa sangat enak bagi saya karena sudah lama sekali saya tidak meminum kopi yang enak. Walaupun begitu, menurut saya tempat ini sangat wajib dikunjungi! Menu brunch mereka juga terlihat sangat menarik, yang pastinya akan kita coba waktu kita kembali lagi ke sini suatu saat nanti.

Alamat: Jalan Sriwedari, Ubud, Bali 80561, Indonesia
Tel: +62 361 972 085

Melting Wok Warung

Pada saat ini, kamu pasti sudah sadar kalau kita menghabiskan kebanyakan waktu kita di Ubud untuk makan. Setelah dari Seniman Coffee Studio, kita langsung dengan cepat pergi ke Melting Wok Warung yang bisa dicapai dengan 10 menit jalan kaki.

Alasannya adalah karena pagi itu, temanku sedang mencari-cari restoran di Ubud dan menemukan Melting Wok Warung. Ulasan-ulasan restoran ini di TripAdvisor hampir sempurna, dan harga masakannya juga cukup murah (kira-kira 30,000 – 40,000 IDR). Nah, temanku ini adalah orang penggemar makanan murah, dan sepanjang hari itu dia berulang kali menyebut nama Melting Wok Warung. Sayangnya, waktu dia mencoba membook tempat di sana, dia langsung diberitahu bahwa restorannya sudah penuh. Hanya ada 8 meja di restoran tersebut jadi alasannya cukup jelas. Dia juga sempat diberitahu kalau mau makan di restoran itu dia harus datang jam 5 sore, tepat sebelum makan malam. Oleh karena itu, setelah menghabiskan siang kita minum kopi, kita langsung pergi ke sana.

Untungnya, kita berhasil mendapatkan meja dan walaupun kita masih kenyang setelah makan di Seniman Coffee Studio, kita tetap memesan makanan banyak. Menunya sederhana saja, dengan dua menu harian spesialnya tertulis di papan hitam, dan beberapa kombinasi nasi dan kari lainnya. Pada waktu itu, kita telah mengetahui dari ulasan-ulasan online kalau menu harian spesial mereka adalah yang wajib dicoba dan bahwa creme brulee mereka sangat spesial, jadi kita langsung memesan yang itu saja.

Mungkin saya cukup kenyang pada waktu itu, karena tidak ada makanan yang menurut saya sangat luar biasa di tempat ini. Salad yang kita coba memiliki rasa cabai dan cuka yang kuat, membuatnya menjadi cukup enak tetapi juga seakan-akan seperti masakan yang ibu saya sendiri pun bisa buat. Ya ibu saya sebenarnya seorang koki yang handal sih, tapi saya tetap saja mengharapkan sesuatu yang luar biasa setelah membaca ulasan-ulasan online yang sangat hype itu. Akhirnya, bisa dikatakan kalau saya cukup kecewa. Di samping itu, creme brulee yang disajikan adalah masakan fusion yang seperti ingin memeriahkan masakan klasik Perancis dengan santan dan kayu manis. Memang cukup lezat, tapi saya kurang suka tekstur creme bruleenya yang terlalu kaku seperti kue Nyonya Malaysia.

Walaupun tema fusionnya bisa jelas dilihat dari creme brulee ini, hasilnya menurut saya kurang memuaskan. Saya bisa mengerti kalau orang pergi ke sana karena harganya murah, tapi saya cukup bingung dengan ulasan-ulasan yang sangat membanggakan tempat ini. Mungkin saya sendiri juga terlalu kenyang, atau mungkin makanannya hanyalah versi masakan lokal yang dibuat untuk menyesuaikan lidah orang-orang Barat.

Alamat: Jl. Gootama 13, Ubud, Bali 80571, Indonesia
Tel: +62 361 929 9716

Setelah meninggalkan Ubud perut saya benar-benar kenyang, dan dalam kondisi setengah tidur saya alias food coma, saya menyimpulkan bahwa Bali telah memberi makan saya dengan sangat baik. Walaupun mungkin bukan pusat gastronomi dengan kuliner terbaik sedunia (karena kualitasnya yang kurang konsisten), keanekaragaman dan kemeriahan dunia kuliner di Bali sangat mengesankan dan pilihan makanannya tidak ada habisnya. Kekurangan kuliner apapun di Bali juga telah ditebus oleh pemandangan matahari terbenamnya dan lautannya yang spektakuler.

Baca juga: Tips for Driving in Bali

Pada malam terakhir kita dalam perjalanan ke Kuta, kita kembali mendapatkan pemandangan matahari terbenam, dengan langitnya yang perlahan-lahan meredup dan berubah-ubah warna. Ingin rasanya menyimpan semua ini di dalam hati saya, dan saya berharap suatu hari nanti ia akan kembali lagi dalam bentuk kenangan-kenangan indah selagi saya di Singapura.

Artikel ini merupakan kontribusi GREEDY TWO SHOES.

Dipublikasikan pada


Tentang Penulis

Adrian Arman

Di saat Arman tidak sibuk dengan proyek desain grafis atau koreografi dance, Arman akan memikirkan makanan baru apa yang bisa dia coba besok. Arman juga seorang penggemar sejarah dan budaya kesenian dunia, dan kalau mendengar bahasa asing terkadang bisa terpana dan senyum-senyum sendiri. Arman memiliki love/hate relationship dengan kota metropolitan seperti Jakarta dan Singapura, dan selalu memimpikan bisa tinggal di pegunungan bersama teman-teman terdekatnya.

Brand Managers!

Ingin melihat merek atau bisnis kamu di website kami?

Hubungi kami sekarang

Berlangganan Milis TripZilla

Dapatkan tips dan berita travel terbaru!

Rekomendasi Artikel

Artikel Terbaru