Sarawak merupakan destinasi impian bagi pasangan Muslim yang mendambakan bulan madu

Saat pertama kali mendapat undangan untuk menjelajahi Spanyol, jujur saja, aku sempat berpikir, "Kenapa Spanyol? Memangnya ada hubungannya dengan budaya Islam?" Sebagai seorang traveler yang fokus pada perjalanan Muslim dan situs bersejarah, aku tidak yakin apa yang akan kutemukan. Tapi percayalah, setelah kamu membaca artikel ini sampai habis, aku jamin kamu akan langsung ingin memesan tiket pesawat ke sana!
Kenapa Spanyol? Karena negara ini menawarkan lebih dari sekadar keindahan arsitektur. Di sana tersembunyi kisah-kisah yang memperkaya keyakinan Islamku dan membuatku bangga terlahir sebagai seorang Muslim. Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata bagaimana rasanya berjalan di jalanan di mana dulu gema azan pernah terdengar, tempat para cendekiawan dan seniman mengubah arah peradaban, dan di mana lapisan sejarah terukir di setiap batu.
Warisan Islam Spanyol bukanlah sekadar peninggalan—ia terasa nyata. Dari istana megah hingga sudut-sudut kota yang tenang, jejak Al-Andalus tetap ada. Ini dia panduan landmark, kisah, dan kota-kota yang wajib kamu kunjungi jika ingin menelusuri tapak kaki peradaban Islam yang abadi.
 
Petualangan wisata halal Spanyol-ku dimulai di kota kuno Toledo. Kota ini terletak dramatis di atas bukit, diselimuti lapisan sejarah Islam, Yahudi, dan Kristen. Menghabiskan waktu sehari penuh di sini memberiku kesempatan untuk benar-benar menyerap keagungannya yang tenang.
 
Destinasi pertamaku adalah Masjid Cristo de la Luz , sebuah masjid abad ke-10 yang kecil namun indah dan masih mempertahankan mihrab aslinya. Dari sana, aku menuju Katedral Toledo, di mana aku mengunjungi lokasi bekas masjid tua yang menjadi pondasinya—sebuah pengingat akan akar Islam yang dalam di kota ini.
 
Aku juga berkeliling di Kota Tua Toledo, membiarkan jalanan berbatu dan dinding abad pertengahan memanduku. Suasananya sangat damai, terutama saat aku menjelajahi Kawasan Yahudi dan mengunjungi Sinagoga El Tránsito.
 
Sebelum makan siang, kami mampir ke Damasquinado Hecho a Mano dan menyaksikan proses kerajinan tangan damascene yang rumit—teknik tradisional menanamkan emas atau perak ke dalam baja. Ini adalah keterampilan yang diturunkan selama berabad-abad, membuktikan warisan artistik Toledo yang tak lekang oleh waktu.
 
Untuk makan siang, aku menemukan permata bernama Arabian Touch, di mana aku menikmati hidangan halal yang menggabungkan cita rasa Spanyol. Itu adalah jeda yang sempurna di kota yang menghargai penemuan perlahan.
 
Perjalananku di Córdoba dimulai di bekas ibu kota Kekhalifahan Umayyah. Rasanya seperti membuka buku cerita hidup—setiap halamannya berisi kisah iman, seni, dan ilmu.
 
Tujuanku yang pertama tentu saja Mezquita-Catedral de Córdoba. Aku sering lihat fotonya di internet, tapi aslinya jauh lebih indah. Barisan lengkungan merah-putihnya seperti tak ada habisnya.
 
Sebagai Muslim, berdiri di bawah mihrab yang begitu indah terasa haru sekaligus bangga. Dulu tempat ini dibangun untuk menunjukkan persatuan dunia Islam—dan meski kini berada di dalam katedral, ruh seni Islamnya masih terasa kuat.
 
Setelah itu, aku berjalan-jalan di jalanan berbatu medina tua. Setiap belokan seperti menyimpan kejutan. Aku sempat mampir ke Masjid Andalusia modern, lalu menatap Menara San Juan de los Caballeros, yang masih memantulkan siluet era Islam masa lalu.
 
Di Casa Árabe, aku belajar tentang pengaruh Arab dan Islam dalam sejarah Spanyol—tempat yang wajib dikunjungi buat kamu yang suka sejarah.
 
Makan siang hari itu aku nikmati di Damasco Restaurante, restoran halal khas Suriah yang menyajikan hummus terenak yang pernah aku coba di Eropa. Makanan halal di Córdoba cukup mudah ditemukan, dan masyarakatnya juga ramah banget terhadap wisatawan Muslim.
 
Hari kedua, aku menjelajahi Kawasan Axerquía—perpaduan antara akar Islam dan peninggalan Kristen. Palacio de Viana dengan taman dan air mancurnya membuatku merasa seperti di taman surga.
 
Tak lengkap ke Córdoba tanpa ke Madinat al-Zahra, kota istana megah yang dulu dibangun oleh Khalifah Abd al-Rahman III. Meski kini tinggal reruntuhan, kamu masih bisa merasakan kejayaannya. Berdiri di aula tahtanya, aku membayangkan para diplomat dari seluruh dunia dulu datang ke sini.
 
Setelah Córdoba, perjalanan kami membawaku ke Zaragoza (dibaca: Saragosa)—kota yang awalnya aku remehkan. Aku kira ini hanya kota kecil yang sepi. Tapi, wow, ternyata aku salah besar! Kota ini sangat menakjubkan: bersih, bersemangat, dan dipenuhi arsitektur, monumen, serta seni yang menawan.
 
Walau saat itu cuaca panas banget (sampai 40°C!), aku tetap semangat menjelajahi kota ini. Yang paling memukau tentu Istana Aljafería—benteng Islam megah yang dulu jadi kediaman penguasa Muslim sebelum berubah fungsi di masa Kristen.
 
Lalu ada Gereja San Pablo, dengan detail arsitektur Mudéjar—gaya unik hasil karya pengrajin Muslim di bawah pemerintahan Kristen.
Gaya ini jadi simbol harmoni budaya yang masih hidup meski kekuasaan Islam sudah berakhir.
 
Aku juga sempat mengunjungi Katedral La Seo, yang menampilkan perpaduan seni Islam dan Kristen yang memukau. Setelah itu, aku bergabung dengan tur ke kawasan pegunungan Pyrenees, di mana keindahan alam Spanyol terasa begitu murni.
 
Kami mengunjungi Biara San Juan de la Peña, yang tersembunyi di bawah tebing batu besar—dulunya tempat dimakamkannya raja-raja Aragon. Tak jauh dari situ ada desa San Juan de la Serós, penuh rumah batu klasik dan suasana damai.
 
Pendakian kecil ke Kastil Loarre jadi favoritku! Kastil abad ke-11 ini berdiri megah di atas perbukitan hijau—pemandangannya benar-benar seperti di dongeng. Rasanya seperti melihat dunia lewat jendela seorang raja zaman dulu. Subhanallah, momen seperti ini bikin aku merasa betapa perjalanan bisa menghubungkan kita dengan masa lalu dan ciptaan Allah sekaligus.
 
Keesokan harinya, jadwalku penuh dengan kunjungan ke desa-desa bergaya Mudéjar, dimulai dari Borja, sebuah desa kecil yang diam-diam menyimpan banyak rahasia peninggalan Islam.
 
Borja terkenal dengan produksi anggurnya — wilayah ini menghasilkan banyak sekali panen setiap tahun berkat tanahnya yang sangat subur. Saat musim panen tiba, kamu bahkan bisa melihat para vendimiadoras, yaitu pemetik anggur yang dengan telaten memetik buah-buah itu satu per satu.
Meskipun anggur biasanya digunakan untuk membuat minuman yang tidak dikonsumsi oleh Muslim, tetap menarik melihat bagaimana tanah ciptaan Allah bisa dimanfaatkan dengan berbagai cara. Kita, sebagai Muslim, bisa tetap menghargai warisan pertanian dan kerja keras manusia tanpa harus melanggar batas yang telah ditetapkan agama.
 
Saat aku berjalan melewati gang-gang batu di Borja, aku menemukan banyak jejak pengaruh Andalusia dalam arsitekturnya. Yang paling menarik perhatian adalah lengkungan batu yang sangat indah — contoh sempurna dari seni Mudéjar, perpaduan harmonis antara desain Islam dan Kristen yang bisa kamu temukan di seluruh wilayah Aragón. Rasanya seperti menemukan kembali potongan kecil dari warisan kita yang tersembunyi di tempat-tempat tak terduga.
Perhentian berikutnya adalah Casa de la Estanca, sebuah danau tenang yang sudah ada sejak abad ke-14. Di sekelilingnya tumbuh pohon zaitun, kebun anggur, pohon ceri, dan ladang keemasan. Pemandangannya benar-benar menakjubkan — menenangkan, damai, dan terasa sangat spiritual. Di tempat seindah itu, aku langsung teringat pada ayat Al-Qur’an yang begitu indah:
“Berjalanlah di muka bumi dan perhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan.”
— (QS. Al-‘Ankabut: 20)
 
Subhanallah, melihat pohon zaitun, kebun anggur, dan ladang yang subur di depan mata membuatku merasa begitu dekat dengan ayat itu.
 
Di Muel, aku mencoba membuat keramik tradisional di bengkel Cerámica Viva—pengalaman seru sekaligus menenangkan! Seni keramik di sini terinspirasi dari pola dan teknik Islam berabad-abad lalu.
 
Lalu kami ke Calatayud, kota yang didirikan oleh Muslim abad ke-8 dengan nama Qal’at Ayyub (“Benteng Ayyub”). Arsitektur Mudéjarnya sangat indah—perpaduan harmonis antara estetika Islam dan Kristen.
 
Hari terakhir kami habiskan di taman alam Monasterio de Piedra, tempat air terjun raksasa dan pepohonan hijau membentuk pemandangan surgawi. Suaranya seperti dzikir alam.
 
Dari sana, kami melanjutkan perjalanan ke Tobed, sebuah permata tersembunyi yang penuh dengan keindahan arsitektur Mudéjar dan pesona khas kota kecil. Salah satu hal paling menghangatkan hati yang aku lihat di sini adalah bagaimana penduduk setempat masih mempertahankan tradisi turun-temurun yang sudah ada sejak berabad-abad lalu. Mereka membawa adonan roti buatan sendiri ke oven umum tua untuk memanggang roti segar, kue, dan aneka makanan lainnya.
Aku beruntung bisa mencicipi kue buatan rumahan mereka yang disajikan dengan café con leche (kopi dengan susu). Kombinasi manis dan lembut itu terasa pas banget dinikmati di bawah sinar matahari sore yang hangat—benar-benar momen sederhana tapi berkesan!
 
Di Pusat Seni dan Arsitektur Mudéjar, aku berkesempatan mencoba membuat ukiran berpola tradisional Mudéjar menggunakan tanah liat. Walau hasil akhirnya mungkin belum pantas dipajang di museum (hehe), aku sungguh menikmati prosesnya. Ada sesuatu yang menenangkan saat bekerja dengan tangan—membentuk, mengukir, mengikuti lekukan garis—seolah ada bagian kecil dari jiwaku yang ikut sembuh di setiap gerakannya.
 
Tur Mudéjar kami di Tobed ditutup di Iglesia de Santa María, gereja yang indah dengan arsitektur megah namun tetap memancarkan ketenangan spiritual.
Fakta menarik: aku baru tahu kalau sebagian besar gereja di Spanyol punya piano atau organ di dalamnya. Dan suara alat musik itu bergema di antara dinding batu tua—rasanya sungguh menenangkan dan damai.
 
Bepergian melintasi Spanyol sebagai seorang Muslim tidak hanya memungkinkan—tapi juga sangat memperkaya.
Makanan Halal: Makanan halal mudah ditemukan di sebagian besar kota besar, terutama di restoran Timur Tengah dan Afrika Utara. Aplikasi seperti Zabihah atau HappyCow sangat membantu.
Tempat Salat: Masjid memang tidak selalu terlihat, tetapi ada di kota-kota besar seperti Córdoba, Granada, dan Madrid. Jika ragu, kamu bisa menemukan sudut tenang di taman saat waktu salat.
Pakaian Sopan: Pakaian sopan sangat dihargai di Spanyol. Sebagai Muslimah, aku selalu mengenakan hijab, tetapi sebagai pengingat, membawa syal cadangan berguna saat memasuki gereja atau situs suci lainnya.
 
Apakah kamu sudah yakin bahwa Spanyol punya begitu banyak hal untuk ditawarkan kepada Muslim traveler? Aku yakin!
Perjalanan ini memberiku rasa syukur dan kekaguman yang baru terhadap ketahanan warisan Islam. Di Spanyol, aku harus lebih intensional. Aku mendapati diriku salat di taman, sudut tenang, bahkan di kafe. Dan SubhanAllah, aku merasa lebih dekat dengan Allah melalui pengalaman itu.
Hal lain yang memukaumu adalah betapa brilian dan kuatnya para cendekiawan dan pemimpin Muslim di tanah ini. Mereka bukan hanya penguasa; mereka adalah pemikir, pembangun, dan pembela Islam. Bahkan setelah penaklukan Kristen, seniman Muslim masih dicari untuk membangun dan mendekorasi, melahirkan perpaduan mahakarya Al-Andalus dan seni Mudéjar yang kita kagumi hari ini.
Masa lalu Islam di Spanyol tidak terkunci di halaman sejarah. Ia hidup di kota-kota, jalan-jalan, dan budayanya. Bagi kamu, ini adalah kesempatan untuk terhubung secara mendalam dengan babak warisan Islam yang hilang namun tetap terasa.
Jika kamu pernah bermimpi menjelajahi negeri Al-Andalus, biarkan artikel ini menjadi sign untukmu. Pergilah. Berjalanlah di tempat para cendekiawan pernah berjalan.
Salatlah di tempat kaum beriman pernah salat. Biarkan warisan Islam Spanyol membangkitkan sesuatu yang tak lekang oleh waktu di dalam dirimu.
Dipublikasikan pada
Dapatkan tips dan berita travel terbaru!
Sarawak merupakan destinasi impian bagi pasangan Muslim yang mendambakan bulan madu
Rasakan keseruan liburan di Swiss mulai dari cokelat premium hingga tantangan bermain ski di lereng gunung
Seindahnya Dachstein Salzkammergut, pasti ada yang lebih dari sekadar menarik mata.
Dari sekian banyak pemandangan yang memukau hingga budayanya yang kaya dan adegan ski yang kuat, negeri dongeng di musim dingin ini pasti akan membuat jadwal kamu padat!
Saatnya memasuki dunia Swarovski yang menawan – ini merupakan satu di antara toko yang yang tidak boleh Anda lewatkan saat berwisata di Austria.
Cek nomor produk inhaler Hong Thai-mu sekarang!
Donat-donat ini nikmat dan disukai sejuta umat
Stop kontak di dalam gerbong hanya boleh digunakan untuk mengisi daya perangkat elektronik dengan daya listrik kecil.
Bulukumba jadi destinasi di Sulawesi Selatan yang wajib masuk ke daftar liburanmu.
Jangan pulang sebelum beli oleh-oleh ini!