Business Class Garuda Direview OMAAT, Hasilnya Bikin Elus Dada

Pernah naik Business Class Garuda Indonesia? Apa kesan pertama yang kamu dapatkan? Pengalaman seperti apa yang bisa kamu bagikan, mulai dari masuk lounge room hingga sampai ke destinasi tujuan? Well, pendiri One Mile At A Time, Ben Schlappig, baru-baru ini membagikan pengalaman di situsnya selama terbang bersama Business Class Garuda.

Ben memposting reviewnya pada Senin (4/12) waktu lokal dengan judul Garuda Indonesia 777 Business Class: A Mixed Bag. Hasilnya, tak sedikit blogger dan pembaca yang memberikan tanggapan terkait reviewnya tersebut.

Dibuka dengan kritikan tajam

Ben sendiri menyampaikan pengalaman yang didapatnya selama menaiki maskapai plat merah Indonesia tersebut dari Jakarta dengan tujuan Jeddah. Bahkan, dia sudah menyoroti kondisi lounge Garuda Indonesia di bandara.

"Garuda Indonesia's Jakarta Lounge is bad," demikian Ben mendeskripsikan lounge yang tersedia di bandara Soekarno-Hatta.

business class garuda indonesia

Ben menggambarkan ekspektasinya, bahwa dengan terminal yang baru, akan ada banyak perubahan positif untuk pengalaman penumpang yang mengesankan. Selain itu, Garuda Indonesia juga merupakan maskapai bintang lima versi Skytrax, salah satu penghargaan tertinggi di dunia aviasi. Namun, Ben mengaku kecewa ekspektasinya terlalu tinggi.

"I think the ceiling as you walk toward the lounge really sets the tone for what you can expect…," tulisnya sembari menunjukkan sejumlah foto mengenai kondisi lounge Garuda Indonesia.

"As does the closed off first class lounge, which the airline has abandoned…" lanjut dia.

Untuk area bermain anak dan juga hub lounges juga menjadi sasaran kritik Ben. Khusus untuk Garuda Indonesia Lounge, kondisinya tak bisa dibandingkan dengan The Plaza Premium Lounge, yang disebutnya "exponentially better".

Situasi di dalam Business Class Garuda Indonesia

Ben melanjutkan reviewnya dengan menerangkan kondisi di dalam pesawat yang dinaikinya. Dia menerangkan bahwa rute Jakarta-Jeddah merupakan rute spesial dengan mayoritas penumpangnya, biasanya, adalah mereka yang melakukan perjalanan ibadah.

Namun, saat menaiki pesawat, nuansa rohani tidak dirasakannya. Bahkan Ben juga tidak melihat banyak aktivitas di mana banyak penumpang yang melakukan perjalanan ibadah melakukan persiapan terbang.

"I didn’t really witness a lot of the action, since business class was almost completely empty. But sometimes a lot goes on with these flights…," tulis Ben.

Untuk interior kabinnya sendiri, Ben menilai Boeing 777-300ER Garuda Indonesia yang dinaikinya cukup baik, namun seharusnya bisa ditingkatkan lagi.

"The airline has the Stelia Solstys III product, which isn’t exactly cutting edge at this point. The cabin has seen better days, and the finishes don’t exactly make the cabin feel much more modern," ungkap Ben dalam tulisannya.

Selain mengkritik, Ben juga memberikan pujian, salah satunya konfigurasi di kursi penumpang yang berada dekat jendela.

"Fortunately the true window seats in this configuration are pretty comfy, whether you’re trying to just relax or sleep," tulis Ben.

Kualitas makanan dan layanan dari kru pesawat juga layak diacungi jempol.

business class garuda indonesia

"Garuda Indonesia cabin crew are just so incredibly warm and exude hospitality, and the crew on this flight was no exception. The food onboard was quite good as well, and there was even a quasi onboard chef," paparnya.

"I was impressed that a full three course meal was served as well. Often on long haul flights, the pre-landing meal will all be served on one tray, so that was a nice point of differentiation."

Soft product Business Class Garuda Indonesia tak sesuai harapan

Ben mengakui kualitas pelayanan dari kru dan makanan yang disajikan. Namun, untuk soft product yang ditawarkan, Ben menilai maskapai seharusnya bisa memberikan yang lebih baik.

Dari ketiadaan menu makanan yang disajikan, kualitas selimut yang tidak lembut, hingga headphone yang tidak bisa diandalkan menajdi sasaran kritiknya. Sementara amenity kit juga terkesan murahan dan jadul.

Inflight entertainment yang ditawarkan Garuda Indonesia juga terkesan ketinggalan zaman. Sedangkan layanan inflight WiFi juga mahal, 21,95 USD untuk paket 250MB.

Kesimpulan umum

Ben pun memberikan kesimpulan final mengenai pengalamannya terbang menggunakan Business Class Garuda Indonesia dari Jakarta menuju Jeddah. Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan pengalamannya terbang bersama Garuda Indonesia beberapa tahun silam, ada sejumlah penurunan kualitas yang ditunjukkan.

"While the crew was lovely and the food was quite good, the lack of menus and the quality of amenities left quite a bit to be desired. I wouldn’t avoid Garuda Indonesia in the further if the airline had the best schedule or offered the best value, but I also wouldn’t go out of my way to fly with the airline again in business class. If anything, the most disappointing part of the experience was the ground experience, given that Jakarta is Garuda Indonesia’s hub, and the airport has a fairly new terminal," tulisnya.

Tempat Paling Kotor Di Pesawat, Pramugari Saja Enggan Mendekatinya

Bagaimana dengan kamu? Punya pengalaman yang sama dengan Ben?

Dipublikasikan pada


Tentang Penulis

Widya Astuti

Bekerja sebagai abdi negara di Kalimantan tak membuat ambisi Widya berkeliling Indonesia dan mengumpulkan beragam kain khas dari setiap daerah pudar. Setiap mendapat kesempatan liburan, penghobi memasak ini tak akan melewatkannya. Ingin tahu perjalanan serunya sejauh ini, simak Instagram-nya di @widyaastuti_f.

Brand Managers!

Ingin melihat merek atau bisnis kamu di website kami?

Hubungi kami sekarang

Berlangganan Milis TripZilla

Dapatkan tips dan berita travel terbaru!

Rekomendasi Artikel

Artikel Terbaru