belanja hemat & ramah lingkungan di Singapura!

Ketegangan diplomatik antara China dan Jepang terkait isu Taiwan telah memicu keruntuhan total pada pemesanan perjalanan dari China ke Jepang. Dampak dari situasi ini kini mulai merambat ke seluruh industri pariwisata Asia.
Baca juga: Pemerintah Jepang Bersiap Naikkan Biaya Keberangkatan dan Visa Mulai 2026
Di Jepang, fenomena kursi penerbangan yang kosong, penurunan tingkat hunian hotel, dan berkurangnya keramaian di objek wisata utama mungkin menjadi keuntungan jangka pendek bagi wisatawan dari Asia Tenggara, Australia, dan Eropa, termasuk kamu. Di sisi lain, jutaan wisatawan China yang membatalkan perjalanan ini diprediksi akan mengalihkan tujuan liburan mereka ke negara lain seperti Korea Selatan, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Hal ini tentu akan memberikan tekanan baru pada ketersediaan kamar dan harga tiket di negara-negara tersebut, terutama selama puncak musim liburan. Konflik diplomatik ini telah memicu penataan ulang peta pariwisata Asia, dan dampaknya akan dirasakan oleh seluruh wisatawan di kawasan ini.
Image credit: Mlenny | Canva Pro
Kemerosotan pariwisata ini dimulai pada 7 November lalu, ketika Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, menyatakan di hadapan parlemen bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat menimbulkan "situasi yang mengancam kelangsungan hidup" Jepang, skenario yang dapat membenarkan keterlibatan militer.
Beijing bereaksi keras terhadap pernyataan tersebut, mengecam keras dan menuduh Tokyo mencampuri urusan dalam negeri mereka. Kedutaan Besar China kemudian mendesak warganya untuk menghindari perjalanan non-esensial ke Jepang, memperingatkan adanya "risiko keamanan pribadi yang signifikan." Tak lama berselang, maskapai penerbangan China memberlakukan kebijakan pengembalian dana penuh (refund) dan penghapusan biaya perubahan jadwal untuk rute Jepang, yang memicu gelombang pembatalan tiket dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Image credit: Sean Pavone | Canva Pro
Skala pembatalan ini menimbulkan kekhawatiran serius di sektor perjalanan. Hingga 18 November, tercatat 491.000 tiket telah dibatalkan, mencakup 32 persen dari total pemesanan perjalanan dari China ke Jepang. Tingkat gangguan penerbangan yang mencapai lebih dari 80 persen pada hari pertama menunjukkan betapa tajamnya penurunan permintaan tersebut.
Padahal, Jepang telah menyambut 7,49 juta pengunjung Tiongkok antara Januari hingga September 2025, menjadikan China salah satu pasar pariwisata masuk yang paling penting. Penurunan drastis ini mulai berdampak pada hotel, restoran, dan ritel di Jepang yang selama ini sangat bergantung pada belanja wisatawan China daratan.
Gelombang pembatalan yang cepat ini tentu menciptakan kecemasan di kalangan pemangku kepentingan pariwisata Jepang, terutama menjelang musim dingin yang biasanya ramai. Namun, Jepang bergerak cepat untuk memposisikan ulang pasarnya. Badan pariwisata setempat kini meningkatkan upaya pemasaran di Asia Tenggara, Eropa, dan Australia. Maskapai penerbangan juga kemungkinan akan mengalihkan kapasitas kursi ke pasar lain untuk menutupi penurunan permintaan dari China.
Meskipun dampak finansialnya terasa, sektor pariwisata Jepang tampaknya siap melakukan diversifikasi. Bagi kamu dan wisatawan lain, ini berarti Jepang akan terasa lebih lengang dalam beberapa bulan ke depan, dengan antrean yang lebih pendek di tempat wisata dan ketersediaan hotel yang lebih baik di kota-kota besar.
Image credit: voyata | Canva Pro
Dalam jangka pendek, situasi ini memberikan keuntungan bagi wisatawan dari negara lain. Dengan berkurangnya pengunjung dari China daratan, kamu mungkin akan merasakan beberapa kemudahan berikut saat berkunjung ke Jepang:
Tarif Hotel yang Lebih Kompetitif: Properti yang bergantung pada pasar China mungkin akan menyesuaikan harga untuk menjaga tingkat hunian. Kamu berpeluang mendapatkan penawaran yang lebih baik, terutama di kota besar dan kawasan onsen populer.
Ketersediaan Penerbangan: Dengan ditariknya kapasitas dari rute China, ketersediaan kursi di rute internasional lain mungkin meningkat, membuka peluang harga tiket yang lebih terjangkau.
Objek Wisata Lebih Lengang: Tempat ikonik seperti Shinjuku Gyoen, Kuil Fushimi Inari, dan lokasi wisata di Hokkaido akan terasa jauh lebih tenang. Ini adalah kesempatan langka bagi kamu yang menyukai perjalanan santai tanpa kerumunan massal.
Kemudahan Akses: Antrean restoran akan memendek dan reservasi di tempat-tempat populer akan lebih mudah didapatkan.
Image credit: rabbit75_cav | Canva Pro
Ratusan ribu perjalanan yang dibatalkan tersebut tidak akan hilang begitu saja. Arus wisatawan ini akan dialihkan dan membentuk ulang pola perjalanan di Asia:
Korea Selatan: Sebagai alternatif terdekat, Seoul dan Busan kemungkinan akan menyerap gelombang pertama wisatawan yang beralih.
Thailand: Dengan kebijakan bebas visa dan konektivitas luas, destinasi seperti Bangkok dan Phuket diprediksi akan mengalami lonjakan permintaan.
Singapura: Keamanan dan wisata belanja menjadikan Singapura pilihan utama bagi wisatawan China kelas atas.
Malaysia: Destinasi seperti Penang dan Kota Kinabalu juga berpotensi mendapatkan limpahan wisatawan karena daya tarik budaya dan suasana yang santai.
Jika kamu berencana ke Jepang: Bersiaplah untuk pengalaman pemesanan yang lebih mudah, tempat wisata yang lebih tenang, dan potensi harga yang lebih rendah. Ini adalah waktu yang sangat baik untuk berkunjung.
Jika kamu berencana ke destinasi Asia lainnya: Bersiaplah untuk kondisi sebaliknya: potensi kenaikan harga hotel, penerbangan yang lebih cepat penuh, dan objek wisata yang lebih padat karena menyerap limpahan wisatawan dari China.
Baca juga: Panduan Liburan Musim Dingin Di Jepang Untuk First Timer
Runtuhnya permintaan perjalanan China–Jepang ini menjadi pengingat nyata bahwa geopolitik kini turut menentukan ke mana dan kapan orang bepergian di Asia. Bagi kamu, bulan-bulan mendatang akan membawa campuran antara peluang dan ketidakpastian. Meskipun Jepang tetap menjadi destinasi yang aman dan menarik, fleksibilitas dan kejelian memantau situasi akan menjadi kunci utama dalam merencanakan liburanmu di tengah dinamika regional ini.
Dipublikasikan pada
Dapatkan tips dan berita travel terbaru!
belanja hemat & ramah lingkungan di Singapura!
barang wajib punya nih!
Sensasi berjalan di atas "karpet" daun musim gugur.
Bersiap Menjelajahi Gemerlap Kehidupan Malam Tokyo
Jago membuat itinerary wisata? Jika iya, kamu bisa memenangi 140 juta rupiah bila bisa membuat itinerary wisata keliling dunia paling murah. Tertarik?
Di usia 81 tahun, Luisa Yu dinobatkan sebagai penjelajah paling pemberani di dunia oleh NomadMania.
Christchurch memberikan pengalaman berbeda untuk semua wisatawan yang berkunjung ke Selandia Baru.
Tempat terbaik menambah pengalaman, meningkatkan jam terbang dan bertemu teman baru!
Dari yang OS-nya Apple, Android, hingga Harmony, semuanya terjangkau.
Ada banyak tempat wisata menarik di Mekkah dan Madinah untuk dikunjungi, lho!