Alat bantu ini akan membuat tidurmu di kereta, pesawat atau bus jadi lebih nyaman, deh!

Menghabiskan liburan akhir pekan di gunung, mengapa tidak? Bagi yang berada di Jakarta dan sekitarnya, tidak ada salahnya mempertimbangkan untuk mendaki Gunung Gede, yang hanya berjarak dua hingga tiga jam perjalanan darat. Dengan level pendakian yang tergolong bersahabat, nuansa alam yang ditawarkan juga memberi kesan mendalam.
Gunung Gede sendiri berada di perbatasan Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat. Gunung dengan ketinggian 2.958 mdpl ini berada dalam kawasan Taman nasional Gunung Gede Pangrango dan merupakan Cagar Biosfer Dunia UNESCO.
Setidaknya ada lima jalur pendakian yang bisa dipilih oleh para pendaki, namun hanya tiga yang memiliki popularitas tersendiri. Namun, apapun pilihan jalurnya, mendaki Gunung Gede harus dilakukan dengan persiapan yang memadai. Jangan sampai kegiatan mendaki malah mengundang risiko tinggi, yang bisa berujung pada cedera atau bahkan kematian.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, penting untuk melakukan persiapan sebelum mendaki Gunung Gede. Di bawah ini adalah panduan mendaki Gunung Gede yang bisa kamu ikuti agar proses pendakian bisa berjalan aman, nyaman dan menyenangkan. Lihat di bawah ini, ya!
Image credit: Agus Jaya Saputra
Gunung Gede terletak di jantung Jawa Barat. Gunung berapi aktif Tipe A ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Berada di persimpangan tiga wilayah—Bogor, Cianjur, dan Sukabumi—Gunung Gede berdiri gagah dengan ketinggian 2.958 mdpl.
Gunung Gede merupakan tempat dan rumah bagi kekayaan alam yang luar biasa. Jika beruntung, kamu bisa bertemu dengan satwa langka seperti Owa Jawa, Elang Jawa, hingga Macan Tutul. Jangan lupa, keindahan bunga Edelweiss di sini juga menjadi daya tarik yang tak boleh dilewatkan.
Gunung Gede juga memiliki panorama alam yang lengkap. Meskipun terakhir kali menunjukkan aktivitasnya pada tahun 1957, pemantauan terhadap kawah yang masih aktif tetap dilakukan secara rutin. Juga terdapat sumber air panas yang menenangkan, air terjun (curug) yang segar, hingga Alun-Alun Suryakencana—padang savana luas yang dianggap sakral dan magis.
Sejak zaman Hindia Belanda hingga sekarang, gunung ini tetap menjadi destinasi favorit para petualang. Tak hanya karena tantangannya, gunung yang masuk dalam Cagar Biosfer UNESCO sejak 1977 ini juga karena nilai sejarah dan spiritualitasnya yang kental.
Mendaki Gunung Gede memiliki daya tarik tersendiri. Dengan ketinggian 2.958 mdpl, gunung ini menawarkan paket lengkap, mulai dari tantangan fisik yang memacu adrenalin, pemandangan alam yang memanjakan mata, hingga bumbu cerita sejarah dan mistis yang bikin perjalanan makin berkesan.
Meskipun jalurnya dikenal cukup ramah bagi pendaki pemula, setiap rute di Gunung Gede punya karakteristik dan "kejutan" yang berbeda-beda. Mengenal jalur pendakian, terutama karakternya, bisa menjadi awal untuk kamu menentukan dari mana memulai perjalanan. Di bawah ini adalah jalur pendakian Gunung Gede yang harus kamu tahu!
Kalau kamu baru pertama kali mendaki atau ingin menikmati perjalanan yang santai, Cibodas adalah pilihan terbaik. Jalurnya sudah tertata rapi dengan banyak bonus pemandangan di sepanjang jalan.
Highlight: Kamu akan melewati Telaga Biru yang ikonik, Air Terjun Cibeureum, hingga sumber air panas.
Waktu Tempuh: Sekitar 6–8 jam.
Plus & Minus: Sumber air melimpah dan fasilitas terjamin, tapi medannya penuh bebatuan yang licin saat hujan dan cenderung sangat ramai di akhir pekan.
Buat kamu yang ingin segera sampai di Alun-Alun Suryakencana tanpa banyak basa-basi, Gunung Putri adalah jawabannya. Jalur ini adalah favorit pendaki yang mengejar efisiensi waktu.
Highlight: Langsung menembus hutan lumut dan keluar di hamparan luas padang edelweiss.
Waktu Tempuh: Sekitar 5–7 jam.
Plus & Minus: Waktu tempuh lebih singkat, tapi kamu harus siap dengan tanjakan yang "tidak ada ampun" dan sumber air yang cukup terbatas.
Jalur ini sedikit berbeda karena lebih sering digunakan untuk kegiatan ilmiah atau ekspedisi penelitian. Bodogol menawarkan ekosistem yang masih sangat terjaga.
Karakter: Medannya lebih teknis dan waktu tempuhnya jauh lebih lama dibanding jalur umum. Kurang direkomendasikan jika tujuanmu hanya untuk pendakian santai.
Bosan dengan keramaian di Cibodas atau Putri? Paseban bisa jadi alternatif. Jalur ini jarang dilalui pendaki umum, sehingga suasana hutannya terasa jauh lebih alami dan sunyi.
Karakter: Minim fasilitas penunjang. Jalur ini sangat cocok buat kamu yang ingin benar-benar detox dari hiruk-pikuk kota dan menyukai tantangan eksplorasi.
Ini adalah jalur "level dewa" di Gunung Gede. Selabintana (jalur Sukabumi) dikenal sebagai rute terpanjang dengan tantangan fisik yang paling berat.
Karakter: Kamu akan membelah hutan tropis yang sangat lebat dan asri. Stamina ekstra sangat dibutuhkan di sini karena durasi perjalanannya yang panjang dan medannya yang cukup ekstrem.
Agar petualanganmu berjalan lancar dan aman, sangat penting untuk memahami karakter setiap jalur pendakian. Beberapa poin yang perlu kamu pertimbangkan adalah:
Estimasi Waktu Tempuh: Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk sampai ke puncak atau area perkemahan?
Kondisi Medan: Apakah jalannya didominasi tangga batu, akar pohon, atau jalur panjang yang landai?
Kelebihan & Kekurangan: Tiap jalur punya sisi plus-minus, baik dari segi fasilitas maupun tingkat kelelahan.
Dengan memahami perbandingan antar jalur, kamu bisa menentukan rute mana yang paling sesuai dengan kondisi fisik dan gaya pendakianmu.
Image credit: Wikimedia
Untuk bisa sampai ke puncak Gunung Gede, harus dipastikan terlebih dahulu dari jalur pendakian mana kamu memulai. Baca dulu ulasan di atas untuk menentukan titik start kamu dari Jakarta. Untuk memudahkan kamu menuju ke Gunung Gede, di bawah ini adalah sejumlah cara yang bisa diambil. Lihat di bawah ini, ya!
Jalur ini adalah yang terpanjang (estimasi 9–12 jam), jadi pastikan fisikmu dalam kondisi prima sebelum berangkat.
Opsi Kereta Api (Santai & Bebas Macet):
Naik KRL (Commuter Line) dari Jakarta menuju Stasiun Bogor (tiket sekitar Rp6.000).
Jalan kaki sekitar 10 menit pindah ke Stasiun Bogor Paledang.
Lanjut naik KA Pangrango tujuan Sukabumi (tiket Rp45.000, sebaiknya pesan online karena jadwal terbatas).
Turun di Stasiun Sukabumi, lalu naik ojek online atau angkot rute Selabintana–Sukabumi menuju Pondok Halimun.
Opsi Bus:
Naik bus jurusan Sukabumi dari Terminal Kampung Rambutan.
Turun di Alun-Alun Sukabumi, lalu sambung dengan angkot Selabintana atau ojek menuju Pos Pendakian.
Cibodas adalah rute paling ikonik dengan waktu tempuh sekitar 7–10 jam. Aksesnya pun tergolong sangat mudah dari Jakarta.
Opsi KRL + Colt:
Naik KRL ke Stasiun Bogor, lalu lanjut naik angkot 03 ke arah Terminal Baranangsiang atau pintu masuk Tol Jagorawi.
Cari Colt Putih (L300) jurusan Puncak Pass dan turun di Pertigaan Cibodas.
Sambung naik angkot kuning rute Cipanas–Cibodas sampai ke pintu masuk pendakian.
Opsi Bus (Paling Praktis):
Dari Terminal Kampung Rambutan, naik bus rute Jakarta–Cianjur via Puncak.
Turun di Pertigaan Cibodas (dekat RSUD Cimacan), lalu sambung angkot kuning menuju Kantor TNGGP.
Sering jadi alternatif favorit jika Cibodas penuh. Jalur ini lebih terjal tapi relatif lebih cepat sampai ke Alun-Alun Suryakencana.
Transportasi Umum (Bus):
Naik bus jurusan Jakarta–Cianjur via Puncak dari Terminal Kampung Rambutan.
Turun di seberang Pasar Cipanas, lalu menuju Pos Lantas 6C Cipanas.
Naik angkot kuning-hijau rute Cipanas–Pasir Kampung dan turun di pemberhentian terakhir.
Dari sana, kamu bisa jalan kaki sekitar 2,5 km atau naik ojek untuk sampai ke Kantor TNGGP via Gunung Putri.
Kalau kamu ingin lebih leluasa dan membawa banyak perlengkapan, kendaraan pribadi tentu lebih nyaman:
Via Selabintana: Masuk ke arah Bogor dan lanjutkan melalui Tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) untuk menghemat waktu.
Via Cibodas/Gunung Putri: Melewati jalur klasik Cisarua dan Puncak menuju arah Cipanas.
Tips: Jika berangkat di akhir pekan, pastikan berangkat lebih pagi (atau sekalian tengah malam) untuk menghindari kebijakan one-way (buka-tutup) di jalur Puncak agar jadwal pendakianmu tidak berantakan.
Meskipun Gunung Gede dikenal memiliki akses yang mudah dan jalur yang ramah, bukan berarti kamu bisa mendaki begitu saja. Karena lokasinya berada di kawasan konservasi, ada beberapa prosedur "administrasi" yang wajib kamu patuhi demi keamanan dan kelestarian alam.
Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) adalah tiket resmi kamu untuk mendaki. Berikut poin-poin pentingnya:
Registrasi Online: Kamu wajib daftar via website resmi Balai Besar TNGGP.
Persyaratan ID: Siapkan NIK sebagai identitas utama. Kalau belum punya KTP, kamu bisa menggunakan foto Kartu Keluarga (KK).
Aturan Usia: Pendaki minimal berusia 5 tahun. Untuk kamu yang masih di bawah 17 tahun, wajib melampirkan surat izin orang tua/wali beserta fotokopi identitasnya.
Minimal Kelompok: Kamu nggak bisa mendaki sendirian (solo hiking). Minimal satu kelompok terdiri dari 3 orang.
Setelah pegang SIMAKSI, jangan lupa untuk melapor di pintu masuk dan pintu keluar sesuai jam operasional:
Lapor Masuk: hari biasa, 07.30 – 14.00 WIB; hari libur 07.00 – 16.00 WIB
Lapor Keluar: hari biasa, 10.00 – 16.00 WIB, hari libur 10.00 – 18.00 WIB
Catatan Penting: Demi alasan kesehatan dan keselamatan, pendaki wanita yang sedang hamil atau dalam masa menstruasi sangat disarankan untuk tidak melakukan pendakian.
Harga tiket di bawah ini sudah termasuk asuransi dan dilakukan secara online. Perlu diingat, biaya yang sudah dibayar tidak bisa di-refund (dikembalikan).
Warga Negara Indonesia (WNI):
Hari Kerja: Rp72.000
Hari Libur: Rp92.000
Pelajar WNI (Grup min. 5 orang):
Hari Kerja: Rp52.000
Hari Libur: Rp62.000
Warga Negara Asing (WNA):
Flat: Rp435.000 (Hari kerja & libur)
Image credit: Beauty of Indonesia
Mendaki Gunung Gede bukan cuma soal adu fisik atau sekadar gaya-gayaan di foto. Di balik pemandangannya yang cantik, cuaca dan medan Gede cukup menantang. Makanya, persiapan gear yang matang adalah kunci agar pendakianmu tetap aman dan nyaman.
Yuk, cek daftar perlengkapan yang wajib ada di dalam ranselmu!
Ini adalah perangkat dasar yang akan jadi "nyawa" kamu selama di atas gunung:
Tenda yang Tangguh: Karena cuaca di Gede sering sulit ditebak, pastikan tendamu waterproof (anti-air) dan punya frame yang kokoh buat menahan angin kencang.
Carrier (Ransel Gunung): Lupakan tas sekolah atau ransel biasa. Gunakan carrier ukuran 50–60 liter yang punya sistem backsystem nyaman dan sabuk pinggang (waist belt) agar beban terbagi rata ke pinggul, bukan cuma di bahu.
Sleeping Bag (SB) & Matras: Suhu di Suryakencana bisa drop drastis di malam hari. SB berfungsi menjaga suhu tubuh dari hipotermia, sedangkan matras jadi benteng pertama agar dinginnya tanah tidak langsung menembus badan.
Sering dianggap sepele oleh pemula, padahal barang-barang ini bikin pendakianmu jauh lebih "manusiawi":
Sistem Layering (Pakaian Berlapis): Jangan cuma bawa satu jaket tebal. Gunakan sistem lapis: kaos teknis (cepat kering), fleece atau jaket tipis, dan terakhir jaket gunung windproof/waterproof.
Headlamp: Wajib punya buat summit attack dini hari. Pakai headlamp bikin tanganmu bebas bergerak daripada pakai senter HP yang boros baterai.
Sepatu Gunung & Kaos Kaki: Jalur Gede itu penuh akar dan batu licin. Gunakan sepatu dengan grip yang menggigit agar tidak mudah terpeleset, plus kaos kaki tebal untuk mencegah lecet.
Trekking Pole: Tongkat ini bukan sekadar aksesori. Trekking pole sangat membantu menyeimbangkan beban dan menjaga lututmu dari risiko cedera saat turun.
Barang kecil yang bisa jadi penyelamat nyawa:
P3K Pribadi: Selalu bawa obat-obatan khusus yang biasa kamu konsumsi, plester luka, dan obat pereda nyeri.
Jas Hujan (Ponco): Jangan pernah mendaki tanpa jas hujan. Cuaca di Gede bisa berubah dari cerah jadi badai hanya dalam hitungan menit.
Peluit & Korek Api: Peluit berguna untuk sinyal darurat jika terpisah dari rombongan (suaranya lebih nyaring dari teriakan). Korek api wajib disimpan di wadah kedap air untuk keadaan darurat.
Energi adalah bahan bakar utamamu. Pastikan dapur gunungmu siap tempur:
Kompor & Gas Portable: Pilih yang khusus outdoor karena lebih ringkas. Selalu bawa gas cadangan untuk jaga-jaga.
Nesting & Botol Minum: Gunakan alat masak aluminium yang ringan. Untuk air, minimal siapkan 2 liter per orang atau gunakan hydration bladder agar bisa minum sambil jalan.
Makanan Padat Energi: Selain makanan berat, siapkan snack cepat saji seperti cokelat, kurma, atau energy bar untuk booster tenaga saat di jalur.
Tips: Ingat, apa pun yang kamu bawa naik, wajib dibawa turun kembali. Jangan tinggalkan sampah sekecil apa pun di kawasan Taman Nasional!
Di bawah ini adalah draf meal plan (rencana makan) yang praktis untuk pendakian 2 hari 1 malam di Gunung Gede. Fokusnya adalah: ringan di tas, cepat dimasak, dan tinggi kalori.
Sarapan (Sebelum Mendaki): Makan berat di basecamp (nasi uduk atau nasi kuning) untuk modal tenaga awal.
Snack di Jalur (Camilan): Kurma, cokelat batang, atau kacang-kacangan. Makan sedikit-sedikit tapi sering agar gula darah tetap stabil.
Makan Siang (Di Jalur/Pos): Menu: Onigiri (nasi kepal) atau roti isi yang sudah disiapkan dari bawah, Kenapa: Hemat waktu, tidak perlu bongkar kompor di tengah jalur.
Makan Malam (Di Camp Area): Menu: Nasi putih (atau nasi instan) + Kornet tumis cabai atau sarden.
Minuman: Jahe hangat atau susu cokelat untuk membantu tidur lebih nyenyak dan menghangatkan tubuh.
Sarapan Sebelum Summit (Dini Hari): * Menu: Oatmeal dengan topping kismis/pisang, atau biskuit gandum.
Minuman: Kopi atau teh manis hangat. Kenapa: Perut tidak boleh kosong, tapi jangan makan terlalu berat agar tidak mual saat nanjak terjal.
Makan Siang (Setelah Turun dari Puncak): Menu: Mi instan cup (tambah telur rebus/bakso frozen) atau pasta instan (La Fonte). Kenapa: Sebagai perayaan setelah sampai puncak dan butuh asupan garam/karbohidrat cepat sebelum perjalanan turun.
Camilan Turun: Sisa cokelat atau permen jahe.
Repacking: Pindahkan makanan dari wadah kaca atau kaleng besar ke plastik ziplock untuk mengurangi beban dan sampah.
Frozen Food: Bakso, sosis, atau nugget sangat praktis. Bekukan dulu di rumah, biasanya akan lumer pas waktunya dimasak di gunung.
Sayuran: Bawa sayur yang tahan lama seperti buncis, wortel, atau kol. Hindari sayur daun hijau yang cepat busuk dan berair.
Air: Jika via Cibodas, manfaatkan sumber air untuk masak agar tidak terlalu berat membawa air dari bawah.
Baca juga: Mendaki Gunung Fuji, Panduan Pendakian Yang Harus Kamu Tahu
Panduan mendaki Gunung Gede di atas diharapkan bisa menjadi informasi buat kamu untuk merencanakan perjalanan pendakian yang efektif dan efisien. Selamat mendaki!
Dipublikasikan pada
Dapatkan tips dan berita travel terbaru!
Alat bantu ini akan membuat tidurmu di kereta, pesawat atau bus jadi lebih nyaman, deh!
Manfaatkan kereta api dari Paris untuk perjalanan ke kota-kota di sekitarnya yang tidak kalah menawan
belanja hemat & ramah lingkungan di Singapura!
barang wajib punya nih!
Sensasi berjalan di atas "karpet" daun musim gugur.
Dari kulineran hingga seru-seruan ala Gen Z, cek contekannya di sini!
Kuliner wajib di Cirebon, nih!
Apapun momennya, tips ini bakal sangat berguna!
Ada juga kue bagel rel yang unik!
Dari modern hingga tradisional yang homey.