Yuk eksplore ibu kota kuno Korea!!

Pernah nggak sih kamu merasa kalau kota-kota modern sekarang rasanya terlalu "cepat" dan serba digital? Kadang, ada rasa kangen yang sulit dijelaskan pada suasana dunia yang lebih pelan, lebih romantis, dan punya karakter kuat. Rasanya seperti ada daya tarik magis dari kota-kota yang seolah berhenti di masa lalu. Tempat-tempat ini bukan cuma soal bangunan tua, tapi soal menghidupkan kembali memori masa kecil dan perasaan familiar yang bikin hati hangat.
Baca juga: Jelajahi 8 'Second Cities' Terbaik di Asia untuk Liburan yang Lebih Autentik
Sekarang, tren wisata "retro" lagi hits banget. Mulai dari kafe dengan lampu neon yang ikonik sampai trem antik yang masih beroperasi, banyak traveler yang mulai berburu pesona analog yang sudah jarang ditemukan di kota metropolitan. Nah, 9 destinasi ini bakal kasih kamu dosis nostalgia yang pas tanpa bikin kamu merasa ketinggalan zaman. Di sini, estetika old-school dan budaya unik tetap bersinar di tengah gempuran dunia digital. Yuk, kita intip!
Image credit: Renata Moraes via Canva Pro
Lisbon itu ibarat foto polaroid yang sudah agak pudar tapi tetap estetik. Bangunan berwarna pastel yang mulai kusam, trem tua yang berisik, sampai dinding dengan hiasan ubin keramik (azulejos) bikin kota ini terasa sangat jujur, bukan dibuat-buat. Di sini, kamu bisa duduk di kafe pinggir jalan sambil menikmati kopi kental yang disajikan di cangkir porselen lawas.
Cara terbaik menikmati sisi retro Lisbon adalah dengan cara pelan-pelan. Coba deh mampir ke bar Fado (musik tradisional Portugal), cari barang unik di toko antik daerah Alfama, atau naik Trem 28 yang legendaris. Rasakan sensasi saat tremnya berderit melewati jalanan sempit yang menantang!
Image credit: dieogograndi via Canva Pro
Havana adalah definisi retro yang sesungguhnya. Bayangkan mobil-mobil Chevrolet tahun 50-an warna-warni mondar-mandir di depan rumah bergaya kolonial yang megah. Irama musik salsa terdengar dari balik jendela terbuka, bikin suasana kota terasa sangat hidup dan sinematik.
Di Havana, nostalgia itu nggak perlu polesan mewah. Kamu bisa jalan santai di Malecón saat matahari terbenam, eksplor Kota Tua, atau sekadar minum rum di bar lokal yang penuh sejarah. Karisma Havana bukan datang dari kesempurnaan, tapi dari kepribadiannya yang berani dan apa adanya.
Image credit: rabbit75_cav via Canva Pro
Di balik gedung-gedung canggih dan lampu LED, Tokyo punya sisi "soulful" yang sangat analog. Kamu tinggal masuk ke gang-gang kecil untuk menemukan bar piringan hitam (record bars), arkade game jadul, sampai izakaya (kedai minum) yang masih pakai lampu tabung. Inilah sisa-sisa Era Showa yang masih dirawat dengan sangat baik.
Buat kamu pecinta barang vintage, Tokyo adalah surga. Ada banyak komunitas pecinta kamera film, piringan hitam, sampai fashion tahun 80-an. Tokyo nggak cuma meniru masa lalu, tapi menyimpannya dengan rapi buat siapa saja yang mau mencari.
Image credit: frankpetters via Canva Pro
Napoli menawarkan sisi retro yang "mentah" dan penuh energi. Balkon-balkon dengan jemuran baju, pasar yang super ramai, dan tradisi lokal yang kuat bikin kota ini punya karakter unik. Di sini, resep kue di toko roti masih sama seperti seratus tahun lalu, dan para nenek masih suka teriak-teriak seru dari jendela rumah mereka.
Kota ini nggak didesain khusus buat turis, dan itulah daya tariknya. Kamu bisa minum espresso kental di kafe bersejarah sementara para pengrajin lokal sibuk di studio sempit mereka. Napoli seolah-olah nggak mau beranjak dari tahun 1960-an—tetap berisik, sedikit berantakan, tapi sangat jenius.
Image credit: diegograndi via Canva Pro
Buenos Aires adalah panggung buat kamu yang suka drama dan kemewahan masa lalu. Jalanan besarnya, teater bergaya Art Deco, dan aula dansa tango bener-bener mencerminkan masa kejayaan yang glamor. Bahkan kedai kopinya punya meja marmer dan kuningan yang dipoles mengkilap, persis seperti di film-film klasik.
Budaya dansa di sini juga terus dijaga. Di aula-aula Milonga, langkah kaki tango yang diajarkan turun-temurun tetap hidup. Buenos Aires adalah kota yang bernostalgia sambil tetap melangkah maju dengan sejarah di tangannya.
Image credit: Alexpoison via Canva Pro
Kalau kamu suka suasana yang elegan, Wina adalah jawabannya. Kafe-kafe di sini bukan cuma tempat minum kopi, tapi museum hidup. Pelayan dengan rompi rapi menyajikan kue di atas nampan perak, sementara orang-orang masih asyik membaca koran fisik. Di sini, waktu seolah-olah dipaksa untuk melambat.
Wina menjaga kemewahan masa lalu dengan sangat apik. Dari jalur trem yang mengelilingi jalanan megah sampai poster operet lama di stasiun, semuanya terasa aristokrat tapi tetap ramah buat siapa saja.
Image credit: Jakob Jin via Canva Pro
Mungkin kamu kenal Seoul karena K-Pop dan teknologi canggihnya, tapi sisi retronya juga nggak kalah asyik. Di gang-gang sempitnya, papan neon lama masih berkedip, dan toko piringan hitam menjual lagu pop tahun 90-an dengan harga miring. Semangat retronya Seoul itu terasa muda dan seru.
Nostalgia di Seoul sering kali muncul di tempat-tempat yang nggak terduga. Cobalah minum makgeolli di bar kecil tersembunyi atau berburu barang thrifting di pasar loak. Di sini, retro bukan cuma soal masa lalu, tapi soal gaya hidup yang lagi hits kembali.
Image credit: f11photo via Canva Pro
Melbourne adalah kota yang sangat menghargai sejarah. Trem antik mereka masih setia mengantar penumpang melewati bangunan era Victoria yang cantik. Banyak kafe di sini yang sengaja pakai konsep kursi nggak seragam, menu tulisan tangan, dan musik dari piringan hitam yang bikin suasana makin chill.
Distrik-distrik keren di Melbourne penuh dengan toko barang bekas (op shops) dan toko buku lama. Denyut nadi retro di sini terasa pelan, gaya, dan sangat terkurasi tanpa terkesan norak.
Image credit: Rudy Balasko via Canva Pro
Kota Tua Tallinn bener-bener kayak kapsul waktu yang sempurna. Jalanan berbatu, gereja dengan menara lancip, dan tembok benteng bikin kamu merasa masuk ke dunia abad pertengahan. Ada banyak kedai dengan cahaya lilin yang menyajikan makanan tradisional dengan iringan musik kuno.
Serunya, suasana abad pertengahan di sini asli banget karena gedungnya masih dipakai buat aktivitas sehari-hari. Tallinn berhasil mencampur antara mitos dan kenyataan, kasih kamu rasa nyaman yang nggak ditemukan di tempat lain.
Baca juga: Panduan Kuliner Viral di Seoul: Mana yang Enak untuk Kamu Coba
Jalan-jalan ke kota-kota ini bukan cuma soal lihat bangunan tua atau foto-foto estetik. Ini soal perasaan. Kota-kota retro mengingatkan kita gimana rasanya hidup sebelum semuanya serba layar dan instan. Mereka merayakan hasil karya tangan, tradisi yang lambat, dan ritual-ritual kecil yang bikin hidup lebih bermakna.
Jadi, kalau kamu punya kesempatan, jelajahilah kota-kota ini dengan rasa ingin tahu. Nostalgia selalu punya kejutan manis buat mereka yang mau memperhatikan detail-detail kecil. Siap buat berangkat?
Dipublikasikan pada
Dapatkan tips dan berita travel terbaru!
Yuk eksplore ibu kota kuno Korea!!
Siapkan Dirimu Menyelami Keajaiban Bawah Laut Manado!
surganya matcha lovers nih!
Menambah wawasan sambil berlibur di Paris, kenapa tidak?
Pecinta foto-foto, siapkan kamera kamu ya untuk 10 tempat instagrammable di Hong Kong ini!
Upin & Ipin akan mengajakmu masuk dan bersenang-senang di dalam Kampung Durian Runtuh.
Dari kulineran hingga seru-seruan ala Gen Z, cek contekannya di sini!
Ikuti panduan ini agar pendakian kamu aman dan nyaman!
Kuliner wajib di Cirebon, nih!
Apapun momennya, tips ini bakal sangat berguna!